(: S.D.D)
Lembut sayap-sayap hujan menggelepar di antara pepohonan
dan rumput liar di remang sajakmu.
Seperti kudengar kepak sayap burung
dari khasanah waktu yang jauh.
Matahari sebentar lagi padam.
Senja hanya diam mengagumi
selendang panjang warna-warni
yang menjuntai di atas sungai yang hanya terdengar suaranya;
malam sesaat lagi akan meraih dan melipatnya.
Hujan yang riang, yang melenyap pelan
dengan derainya yang bersih,
makin lama makin lirih dan akhirnya lengang.
Tapi kudengar juga hujan yang risau dan parau.
Seperti kudengar seorang musafir
kurus dan sakit-sakitan
batuk terus sepanjang malam
dengan suara serak dan berat,
berjalan terbata-bata menyusuri jalan setapak
yang licin meliuk-liuk, mencari tempat yang teduh dan hangat.
Musafir itu bikin unggun di atas sajakmu.
Aku akan menemaninya.
(1999)
Lembut sayap-sayap hujan menggelepar di antara pepohonan
dan rumput liar di remang sajakmu.
Seperti kudengar kepak sayap burung
dari khasanah waktu yang jauh.
Matahari sebentar lagi padam.
Senja hanya diam mengagumi
selendang panjang warna-warni
yang menjuntai di atas sungai yang hanya terdengar suaranya;
malam sesaat lagi akan meraih dan melipatnya.
Hujan yang riang, yang melenyap pelan
dengan derainya yang bersih,
makin lama makin lirih dan akhirnya lengang.
Tapi kudengar juga hujan yang risau dan parau.
Seperti kudengar seorang musafir
kurus dan sakit-sakitan
batuk terus sepanjang malam
dengan suara serak dan berat,
berjalan terbata-bata menyusuri jalan setapak
yang licin meliuk-liuk, mencari tempat yang teduh dan hangat.
Musafir itu bikin unggun di atas sajakmu.
Aku akan menemaninya.
(1999)