Malam itu kita pergi kondangan.
Naik andong kehujanan,
kudanya lari kencang:
kling klong kling klong.
Malam sudah sangat larut.
Sudah sangat panas pestanya.
Di dalam rumah banyak tamu asing
lagi asyik main kuda lumping.
Pengantin mengenakan topeng monyet,
duduk mengangkang di pelaminan.
"Selamat kawin, saudara kembar,"
kita ucapkan salam.
"Selamat datang, calon jerangkong,"
sambutnya riang.
Kau terkekeh dan lalu terkenang
melihat potretmu di dinding ruang
lagi meringis dalam gendongan.
"Dia si anak hilang," pengantin
menjelaskan.
Malam itu kita kondangan.
Naik andong kehujanan,
kudanya lari kencang:
kling klong kling klong.
Kita melaju, melenggang
dalam sengkarut ingatan.
(1997)
Sumber: Celana (1999).
Naik andong kehujanan,
kudanya lari kencang:
kling klong kling klong.
Malam sudah sangat larut.
Sudah sangat panas pestanya.
Di dalam rumah banyak tamu asing
lagi asyik main kuda lumping.
Pengantin mengenakan topeng monyet,
duduk mengangkang di pelaminan.
"Selamat kawin, saudara kembar,"
kita ucapkan salam.
"Selamat datang, calon jerangkong,"
sambutnya riang.
Kau terkekeh dan lalu terkenang
melihat potretmu di dinding ruang
lagi meringis dalam gendongan.
"Dia si anak hilang," pengantin
menjelaskan.
Malam itu kita kondangan.
Naik andong kehujanan,
kudanya lari kencang:
kling klong kling klong.
Kita melaju, melenggang
dalam sengkarut ingatan.
(1997)
Sumber: Celana (1999).