Puisi Sajak Kacamata Karya Joko Pinurbo

Saya tahu, jika saatnya tiba, saya akan memakai kacamata.
Kacamata yang kacanya terbuat dari kaca kata
dan matanya dari mata bocah yang haus cinta.

Ada senja kecil yang sedang berdoa di mata saya
dan doa terbaik adalah sunyi.
Seseorang akan memberi saya kacamata
untuk memancarkan cahaya sunyi senja
ke jalan-jalan yang dilewati puisi.

Saya tahu, pada akhirnya saya akan berkacamata.
Kacamata yang bingkainya terbuat dari logam mimpi
dan gagangnya dari tangkai hujan yang liat sekali.

Malam itu, setelah semuanya selesai, saya berjalan
menuju rumah mandi di atas bukit. Saya memakai kacamata
untuk menerangi jalanan gelap yang harus saya lalui.

Di rumah mandi telah berkumpul para kekasih insomnia.
Mereka semua mengenakan kacamata.
Seorang bocah menyambut saya dan berkata,
“Pesta mandi siap dimulai. Tuan sudah dinanti-nanti.”

Ia anak yang lahir dalam puisi; yang menjaga
sajak-sajak saya, bahkan ketika saya tak lagi berada
di tempat di mana ia berada. Ia yang memberi saya kacamata.

(2012)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama