(mengenang Sudjana Kerton)
Ia melukis gunung
sawah ladang hutan
dan kehidupan tanah
kelahirannya
dilukisnya dari kenangan
dalam kenangan dalam warna
dan irama denyut jantungnya
dilukisnya jadi ungkapan
suka-duka manusia dalam rona
cahaya serta bayangan hari siang
dan malam purnama
bergetar sepanjang perjalanan
merantau dari benua ke benua
sebelum akhirnya pulang dan istirahat
di lereng kejayaan alam tercipta
menyatu kekal dalam harumnya
angin pegunungan Priangan
yang berhembus dalam
hati si pengamat dari roh
lukisan-lukisan yang
diwariskannya
pada keturunan.
(6 April 2004)
Ia melukis gunung
sawah ladang hutan
dan kehidupan tanah
kelahirannya
dilukisnya dari kenangan
dalam kenangan dalam warna
dan irama denyut jantungnya
dilukisnya jadi ungkapan
suka-duka manusia dalam rona
cahaya serta bayangan hari siang
dan malam purnama
bergetar sepanjang perjalanan
merantau dari benua ke benua
sebelum akhirnya pulang dan istirahat
di lereng kejayaan alam tercipta
menyatu kekal dalam harumnya
angin pegunungan Priangan
yang berhembus dalam
hati si pengamat dari roh
lukisan-lukisan yang
diwariskannya
pada keturunan.
(6 April 2004)