Puisi Buah Bulan Karya Joko Pinurbo

Duduk sendirian di bawah pohon cemara, peri waktu
yang kesepian menimang-nimang buah bulan
yang hijau muda. Buah bulan ditaruh di atas meja,
dikupas, dibelah-belah, lalu dimakannya.

Dari jendela kamar lantai tiga belas perempuan itu
hanya bisa menggerutu, “Bangsat benar itu bangsat.
Tak secuil pun ia sisakan. Padahal itu buahku.”

(2004)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama