Puisi Dua Orang Peronda Karya Joko Pinurbo

Hanya ada dua orang peronda datang ke gardu itu.
Mereka duduk berhadapan, mengobrol ke sana kemari,
bercerita tentang kekasih masing-masing
dengan wajah berapi-api. Peronda tua membanggakan
istrinya yang cintanya penuh misteri. Peronda muda
memuji-muji ibunya yang cintanya tak terbeli.

Sesekali mereka terdiam, beradu pandang, membiarkan
hujan mengoceh sendiri. "Kau menantangku?"
Tiba-tiba mereka bersitegang karena masing-masing
tersinggung oleh sorot mata yang penuh kebencian.

Hujan bubar menjelang dinihari dan sepi tak perlu lagi
ditemani. "Bosan, nggak ada penjahat. Kita pulang saja."
Pulang ke gardu lain yang lebih hangat.

Sampai di teras rumah, mereka berebut membuka pintu.
Peronda tua tak mau kalah: "Biar kubuka pintu ini
dengan kunciku. Kunci yang kaubawa itu palsu!"

Kucing meluncur menuju dapur. "Bu, tuan-tuan pulang!"
kucing mengiau kepada perempuan yang sedang
terkantuk-kantuk di depan kompor, menjerang air
dan air mata, mau bikin kopi buat lelaki-lelaki tercinta.

Dua lelaki berjabat tangan erat-erat, saling mengucap
selamat istirahat. "Selamat tidur di ranjang palsu ya, Pak,"
ujar lelaki muda dengan wajah sinis bercampur bangga.

Palsu? Perempuan yang sedang terkantuk-kantuk
di depan kompor itu tiba-tiba tersentak.
Dua butir air matanya jatuh berdenting.
Ia teringat bagaimana dulu ia bertempur di atas ranjang,
melahirkan anaknya persis saat suaminya sedang
termenung sendirian di gardu ronda di malam hujan.

(2003)


Sumber: Kekasihku (2005).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama