Tengah malam pemulung kecil itu datang
memungut barang-barang yang berserakan
di lantai rumah: onggokan sepi, pecahan bulan,
bangkai celana, bekas nasib, kepingan mimpi.
Sesekali ia bercanda juga:
"Jaman susah begini, siapa suruh jadi penyair?
Sudah hampir pagi masih juga sibuk melamun.
Lebih enak jadi teman penyair."
Dikumpulkannya pula rongsokan kata
yang telah tercampur dengan limbah waktu.
Aku terhenyak: "Hai, jangan kauambil itu.
Itu jatahku. Aku kan pemulung juga."
Kemudian dia pergi dan masuk ke relung tidurku.
(2006)
Sumber: Kepada Cium (2007).
memungut barang-barang yang berserakan
di lantai rumah: onggokan sepi, pecahan bulan,
bangkai celana, bekas nasib, kepingan mimpi.
Sesekali ia bercanda juga:
"Jaman susah begini, siapa suruh jadi penyair?
Sudah hampir pagi masih juga sibuk melamun.
Lebih enak jadi teman penyair."
Dikumpulkannya pula rongsokan kata
yang telah tercampur dengan limbah waktu.
Aku terhenyak: "Hai, jangan kauambil itu.
Itu jatahku. Aku kan pemulung juga."
Kemudian dia pergi dan masuk ke relung tidurku.
(2006)
Sumber: Kepada Cium (2007).