Puisi Surat Karya Joko Pinurbo

Surat-surat datang silih berganti, semuanya minta
dijawab, segera, kalau bisa hari ini.

Konon menulis surat bisa membasmi sepi.
Padahal hanya kalau sepi aku bisa dengan tenang
menulis surat agar jangan sampai kata-kataku menyakiti.

Surat ayah: Ayah menang, habis tempur melawan utang.
Surat ibu: Ibu sedang menjahit senja yang terluka
oleh rinduku. Surat istri: Telah kupanen putih
dari rambutmu. Surat teman: Teman, batukmu meletus
dalam dadaku. Surat penggemar: Salam manis buat iblis.

Ada pula surat dari masa kecil, datang di malam eksil,
ah pasti ditulis dengan pensil. Kubuka amplopnya
yang warna-warni, isinya: Ayo duel kalau berani!

Suratan nasib: tersimpan rapat di laci meja
dan tak akan pernah kubuka.

(2003)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama