Gadis kecil itu suka sekali memetik mawar putih
dari kuburan, kemudian menanamnya di ranjang.
“Bunga ini, Bu, akan kuncup dalam tidurku.”
Ibunya sangat sedih setiap melihat bunga itu mekar
di ranjang dan harumnya memenuhi ruangan.
“Trauma, anakku, menjulurkan wajahnya
lewat bunga indah itu.”
Ia lalu mencabutnya dan membuangnya ke halaman.
Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu;
ia sangat mencintai bunga itu sebab, “Bunga ini
secantik Ibu.” Ia tidak tahu bahwa ibunya
sangat membenci kuburan itu.
Kuburan itu terletak agak jauh di luar desa, disediakan
khusus untuk mengubur mayat para penjahat.
Dulu pernah datang seorang petualang,
menyatakan cintanya, kemudian memperkosanya.
Suatu hari petualang itu datang lagi,
diringkus dan dikalahkannya.
Gadis kecil itu suka sekali memetik bunga mawar putih
dari kuburan dan ibunya tidak sampai hati
mengatakan, “Buah hatiku, sesungguhnya kau
anak si pemerkosa itu.”
(2002)
Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016).
dari kuburan, kemudian menanamnya di ranjang.
“Bunga ini, Bu, akan kuncup dalam tidurku.”
Ibunya sangat sedih setiap melihat bunga itu mekar
di ranjang dan harumnya memenuhi ruangan.
“Trauma, anakku, menjulurkan wajahnya
lewat bunga indah itu.”
Ia lalu mencabutnya dan membuangnya ke halaman.
Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu;
ia sangat mencintai bunga itu sebab, “Bunga ini
secantik Ibu.” Ia tidak tahu bahwa ibunya
sangat membenci kuburan itu.
Kuburan itu terletak agak jauh di luar desa, disediakan
khusus untuk mengubur mayat para penjahat.
Dulu pernah datang seorang petualang,
menyatakan cintanya, kemudian memperkosanya.
Suatu hari petualang itu datang lagi,
diringkus dan dikalahkannya.
Gadis kecil itu suka sekali memetik bunga mawar putih
dari kuburan dan ibunya tidak sampai hati
mengatakan, “Buah hatiku, sesungguhnya kau
anak si pemerkosa itu.”
(2002)
Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016).