Puisi Di Atas Umbria Karya Acep Zamzam Noor

Rambut-rambut cahaya
Yang dikibarkan angin musim panas
Seperti melukisi wajah langit
Dengan garis-garis keperakan siang hari
Di udara sebuah lonceng berayun-ayun
Bunyinya mendekati sunyi. Seekor kuda melompat
Rumput-rumput tegak pada maut yang tak nampak
Lalu cahaya tiarap sepanjang perbukitan
Metahari meletakkan sumbunya di atas batu
Sayur-mayur mekar dalam cahaya. Kusentuh kibaran rambutmu
Dan kulihat jurang di kedalaman matamu:
Seorang wanita telanjang di bawah matahari
Dengan kaki yang menjulur ke tengah danau

Kukenang pantai-pantai tropika yang jauh
Juga wanita-wanitanya yang hijau kekuningan
Seperti mangga. Kubayangkan air segar kelapa muda
Lalu aku pun telentang di bawah matahari
Telanjang dalam tatapanmu yang berduri:
Di sini setiap pohon membuahkan kata-kata
Setiap buah adalah kebajikan sekaligus dosa besar
Aku tak tahu bagaimana kautanam kata-katamu di tanah
Dan menjelma petuah. Sementara tubuhmu yang pualam
Bersahutan dengan tiang-tiang beton, bentangan kawat listrik
Serta jalan aspal yang hitam dan berkilat di kejauhan
Kulihat kereta api merayapi waktu pada jalurnya yang pasti
Terowongan-terowongan muncul dari setiap penjuru

Seekor kuda putih
Suara gaib yang berayun-ayun di udara itu
Adalah patung dewa yang pecah. Aku menanam tanganku
Leherku memanjang serta pikiranku bertaburan di lading
Kuperas darahku dan kusuling racunnya yang murni
Kemabukan adalah jalan yang menanjak di bumi:
Sambil merangkak di antara botol-botol yang menjulang
Kudendangkan mantra-mantra suciku pada alam raya
Sayur-mayur menyala dalam sentuhanku
Tanah keras menjadi gembur serta penuh birahi
Lalu sebagaimana mahluk-mahluk kiasan lainnya
Kau membakarku dengan kebenaran sesaat
Bunga api dipancarkan payudaramu yang meledak.

(1993)


Sumber: Di Atas Umbria (1999).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama