Puisi Pulang Mandi Karya Joko Pinurbo

Lama minggat ke Jakarta dan tak pernah ada
kabar-beritanya, tahu-tahu ia muncul di depan pintu
dan berseru: “Ayo kita mandi!”
Wajah yang penuh jahitan, tubuh yang hampir rombengan
nyaris tak terbaca kalau tak ia tunjukkan
sepasang tato di pantatnya.

“Berbahagialah orang yang berani mandi,” aku bersabda,
“sebab ia akan menemukan tubuhnya sendiri.”

Maka dalam bahagia mandi ia kelupas karat waktu
pada tekstur hidupnya, kerak kenangan
pada tipografi nasibnya.
“Sakit!” ia menjerit. “Berdarah!”
Mungkin sedang ia lepaskan pakaian kotor
yang lengket dengan tubuhnya.

Kamar mandi kemudian sunyi.
Ia menghambur keluar,
berjingkrak-jingkrak
seperti kanak-kanak
dapat bingkisan di hari Lebaran.
“Aduh cakepnya,” aku menggoda,
dan ia memelukku sambil berkata riang:
“Mandiku sukses sekali, abang sayang.”

Lama ia tidak mandi. Tapi sekali mandi
ia langsung mencopot tubuhnya yang usang
dan menggantinya dengan yang baru,
yang mutakhir modelnya dan, tentu saja, tahan lama.

“Tidak tertarik ke Jakarta?” ia membujukku
sambil memamerkan tubuhnya yang trendi.
Ah ya, mungkin perlu juga aku minggat ke Jakarta
agar suatu saat dapat pulang mandi dengan bahagia.

(1999)


Sumber: Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama