Melihat kau tersenyum dalam tidurmu,
aku ingin kasih topeng bayi yang cantik untukmu.
Kau pernah bertanya, “Cantikkah saya
waktu bayi?” Sayang, aku tak sempat
membuat foto bayimu. Padahal kau sangat lucu
dan tak mungkin aku melukisnya.
Di sebuah desa kerajinan aku bertemu
seorang pembuat topeng yang sangat aneh
tingkahnya. Ia suka menjerit-jerit
saat mengerjakan topeng-topengnya.
“Anda masih waras, kan?” aku bertanya.
“Masih. Jangan khawatir,” jawabnya.
“Saya hanya tak tahan menahan sakit dan perih
setiap memahat dan mengukir wajah saya sendiri.”
Aku sangat kesepian setiap melihat kau asyik
bercanda dengan topeng bayimu. Kok wajahku
cepat tua dan makin mengerikan saja. Tapi kau
berkata, “Jangan sedih, Pak Penyair. Bukankah
wajah kita pun cuma topeng yang tak pernah
sempurna mengungkapkan kehendak penciptanya?”
(1999)
Sumber: Baju Bulan (2013).
aku ingin kasih topeng bayi yang cantik untukmu.
Kau pernah bertanya, “Cantikkah saya
waktu bayi?” Sayang, aku tak sempat
membuat foto bayimu. Padahal kau sangat lucu
dan tak mungkin aku melukisnya.
Di sebuah desa kerajinan aku bertemu
seorang pembuat topeng yang sangat aneh
tingkahnya. Ia suka menjerit-jerit
saat mengerjakan topeng-topengnya.
“Anda masih waras, kan?” aku bertanya.
“Masih. Jangan khawatir,” jawabnya.
“Saya hanya tak tahan menahan sakit dan perih
setiap memahat dan mengukir wajah saya sendiri.”
Aku sangat kesepian setiap melihat kau asyik
bercanda dengan topeng bayimu. Kok wajahku
cepat tua dan makin mengerikan saja. Tapi kau
berkata, “Jangan sedih, Pak Penyair. Bukankah
wajah kita pun cuma topeng yang tak pernah
sempurna mengungkapkan kehendak penciptanya?”
(1999)
Sumber: Baju Bulan (2013).