(untuk Godot)
Suatu malam di Utan Kayu tak kujumpai engkau,
tak kujumpai siapa-siapa
selain kursi-kursi berjungkiran di atas meja.
Kedai sudah tutup. Malam tinggal sisa.
Kudengar tikus-tikus bermain musik bersama piring,
gelas, sendok. “Kusaksikan tadi pertunjukan besar,”
saudara kucing melaporkan.
Di mana engkau? Biasanya engkau duduk manis
di pojok, minum angin, merokok.
Engkau terlonjak girang bila aku datang:
“Hai, dari mana saja engkau?”
Ternyata engkau sedang termenung di ruang pertunjukan.
Engkau sedang mengumpulkan kembali kata-kata
yang berceceran. Engkau sedang menangis,
mencopot wajah di ruang ganti pakaian.
Malam berikutnya tak kulihat lagi engkau
di bangku penonton. Engkau tak muncul lagi
di panggung permainan. “Hai, ke mana saja engkau?”
Kupanggil engkau berulang-ulang.
(2001)
Sumber: "Puisi: Utan Kayu (Karya Joko Pinurbo)", https://www.sepenuhnya.com/2002/03/puisi-utan-kayu.html.
Suatu malam di Utan Kayu tak kujumpai engkau,
tak kujumpai siapa-siapa
selain kursi-kursi berjungkiran di atas meja.
Kedai sudah tutup. Malam tinggal sisa.
Kudengar tikus-tikus bermain musik bersama piring,
gelas, sendok. “Kusaksikan tadi pertunjukan besar,”
saudara kucing melaporkan.
Di mana engkau? Biasanya engkau duduk manis
di pojok, minum angin, merokok.
Engkau terlonjak girang bila aku datang:
“Hai, dari mana saja engkau?”
Ternyata engkau sedang termenung di ruang pertunjukan.
Engkau sedang mengumpulkan kembali kata-kata
yang berceceran. Engkau sedang menangis,
mencopot wajah di ruang ganti pakaian.
Malam berikutnya tak kulihat lagi engkau
di bangku penonton. Engkau tak muncul lagi
di panggung permainan. “Hai, ke mana saja engkau?”
Kupanggil engkau berulang-ulang.
(2001)
Sumber: "Puisi: Utan Kayu (Karya Joko Pinurbo)", https://www.sepenuhnya.com/2002/03/puisi-utan-kayu.html.