Kesunyian kita
Dibangun dari tumpukan batu
Dan terowongan-terowongan gelap
Lengkung-lengkung tiang dan menara-menara
Katedral. Kesunyian kita
Berlumut pada tembok-tembok
Dan menjadi undakan-undakan waktu
Yang terus menanjak
Lebih terjal dari karang manapun
Juga dari perasaan yang menjulang
Ke angkasa. Kita menghitung jejak
Dan menemukan isyarat-isyarat
Perjalanan menjadi jauh dan terlunta
Bintang-bintang tak tumbuh di langit tembaga
Sedang taman-taman telah lenyap
Ke balik bumi. Hanya jurang-jurang menganga
Dengan anak-anak yang berterjunan ke sana
Terbaca pada dinding angin
Kebisuan mega dan hujan yang tertahan
Di udara. Lalu kita menyaksikan semuanya
Gedung-gedung dibangun dan dirubuhkan
Jalan-jalan melingkar seperti kata-kata
Pohon-pohon meregang dan menyusut
Tapi matahari tetap membakar lubuk tanah
Dan mayat-mayat tegak dari kematiannya
Semuanya kesunyian kita
Disusun dari tumpukan rumah
Dan kebisuan pintu-pintu
Lorong-lorong perkampungan dan labirin
Tanpa ujung. Kesunyian kita
Menghitam pada patung-patung
Dan menjadi kalimat-kalimat gelap
Tapi senantiasa dibaca waktu
Dengan matanya yang retak-retak.
(1992)
Sumber: Di Atas Umbria (1999).
Dibangun dari tumpukan batu
Dan terowongan-terowongan gelap
Lengkung-lengkung tiang dan menara-menara
Katedral. Kesunyian kita
Berlumut pada tembok-tembok
Dan menjadi undakan-undakan waktu
Yang terus menanjak
Lebih terjal dari karang manapun
Juga dari perasaan yang menjulang
Ke angkasa. Kita menghitung jejak
Dan menemukan isyarat-isyarat
Perjalanan menjadi jauh dan terlunta
Bintang-bintang tak tumbuh di langit tembaga
Sedang taman-taman telah lenyap
Ke balik bumi. Hanya jurang-jurang menganga
Dengan anak-anak yang berterjunan ke sana
Terbaca pada dinding angin
Kebisuan mega dan hujan yang tertahan
Di udara. Lalu kita menyaksikan semuanya
Gedung-gedung dibangun dan dirubuhkan
Jalan-jalan melingkar seperti kata-kata
Pohon-pohon meregang dan menyusut
Tapi matahari tetap membakar lubuk tanah
Dan mayat-mayat tegak dari kematiannya
Semuanya kesunyian kita
Disusun dari tumpukan rumah
Dan kebisuan pintu-pintu
Lorong-lorong perkampungan dan labirin
Tanpa ujung. Kesunyian kita
Menghitam pada patung-patung
Dan menjadi kalimat-kalimat gelap
Tapi senantiasa dibaca waktu
Dengan matanya yang retak-retak.
(1992)
Sumber: Di Atas Umbria (1999).