Puisi Arco Etrusco Karya Acep Zamzam Noor

Kesunyian kita
Dibangun dari tumpukan batu
Dan terowongan-terowongan gelap
Lengkung-lengkung tiang dan menara-menara
Katedral. Kesunyian kita
Berlumut pada tembok-tembok
Dan menjadi undakan-undakan waktu
Yang terus menanjak

Lebih terjal dari karang manapun
Juga dari perasaan yang menjulang
Ke angkasa. Kita menghitung jejak
Dan menemukan isyarat-isyarat
Perjalanan menjadi jauh dan terlunta
Bintang-bintang tak tumbuh di langit tembaga
Sedang taman-taman telah lenyap
Ke balik bumi. Hanya jurang-jurang menganga
Dengan anak-anak yang berterjunan ke sana

Terbaca pada dinding angin
Kebisuan mega dan hujan yang tertahan
Di udara. Lalu kita menyaksikan semuanya
Gedung-gedung dibangun dan dirubuhkan
Jalan-jalan melingkar seperti kata-kata
Pohon-pohon meregang dan menyusut
Tapi matahari tetap membakar lubuk tanah
Dan mayat-mayat tegak dari kematiannya
Semuanya kesunyian kita

Disusun dari tumpukan rumah
Dan kebisuan pintu-pintu
Lorong-lorong perkampungan dan labirin
Tanpa ujung. Kesunyian kita
Menghitam pada patung-patung
Dan menjadi kalimat-kalimat gelap
Tapi senantiasa dibaca waktu
Dengan matanya yang retak-retak.

(1992)


Sumber: Di Atas Umbria (1999).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama