Puisi Balada Gusar Gusur Karya Muhammad Lutfi

Tepi sungai yang hancur remuk
Tanpa sisa tanpa ikan
Tiada hidup dan penuh sampah
Air mampet warnanya hitam gulita
Kegelapan yang menghantui rumah mereka
Dari anyam bambu dan triplek
Miring menyentuh bibir sungai

Polisi datang berteriak
"Segera keluar atau kami paksa!"
Bunyi buldoser dengan beringas
Sedia di bawah pohon angsana
Daun jati berguguran
Tampak senyap dan duka

Satu persatu mereka keluar dari rumah
Dindingnya dimakan buldoser yang dendam
Halamannya penuh debu

Seorang lelaki tua
Menggerayangi badan anaknya
Segera diciumnya bau darah dan amis
Wanita terhuyung tengkurap mati
Dalam keadaan tergusur

Lelaki tua sibuk mencari bininya
Bau amis darah makin keras
Seperti bir dan kolesom
Digerayanginya tubuh anaknya
Satu persatu dihitungnya

Kini lengkap sudah
Bau amis darah itu dari pohon angsana
Terkubur bersama beberapa jimat
Dan mantra tolak balak

Sepanjang jalan berbaris rumah yang terkubur
Sisanya jadi gembel dan gelandangan
Cari kerja sana sini
Tapi badan tak berdaya
Ditemukan pula sisa sisanya
Di bawah lampu trotoar
Di tepi taman kota
Di depan pagar sebuah bank

Lelaki tua berteriak
Suaranya penuhi angkasa
Langit gelap dan hujan
Dia berlari ke belakang gor
Tidur di emper toko sampai larut malam
Pagi hari nasi ditemukannya menganga
Di depan matanya

Dia bingung bertanya tanya
Dari mana yang aku harap harap ini
Tapi Segera diraih kucing piaraan empunya toko
Diusirnya lelaki tua dengan ditendang dan pakai umpatan

(Pati, Juli 2024)


Sumber: Puisi kiriman Muhammad Lutfi melalui email 1 Agustus 2024.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama