Peluru yang ditembakkan ke udara
Adalah nasibmu:
Sebuah air mancur, sumber kata yang jernih
Di antara batu hitam, akar pohon dan retakan tanah
Matahari tercipta dari kemurnian kata
Airmata langit mengkristal pada puncak
Enerji kata. Sebuah bendungan tebal yang retak
Gunung berapi yang ingin meledakkan diri
Tapi sungai telah mengirimkan suaramu
Ke muara-muara sunyi yang jauh
Kata-katamu akan mengeras
Seperti ombak
Yang digarami waktu
Di lembah-lembah negerimu yang perawan
Langit menanggalkan jubahnya
Kucium wangi humus dan bau lumpur
Kubayangkan bunga-bunga rumput yang keemasan
Tapi siapa gerangan pemilik tanah
Luas ini? Tak kutemui seorang pun di sini
Hanya danau menggenang:
Pulau kecil, angsa-angsa putih, sebuah perahu
Air hijau dengan riak-riaknya yang sopan
Tak ada bunyi kodok atau denting piano
Yang ada hanya kau, Lina, dengan sebutir peluru di dada
Menghirup napas air, ganggang dan dingin batu
Tapi siapakah yang menguasai seluruh tanah dan air
Tak bernama ini? Tak kudengar suara pidato
Juga tak kulihat iring-iringan panjang
Para serdadu datang dan pergi seperti malam hari
Perang besar atau perang kecil, puing-puing, mayat-mayat
Sebuah gempa dahsyat akan menyelesaikan semuanya:
Di belantara negerimu yang kini terbakar
Kuda-kuda liar tak lagi berpacu
Anjing-anjing hutan tertidur
Pohon-pohon menundukkan kepala
Seorang lelaki kuning di atas bukit karang
Suaranya melengking seperti kesepianmu
Yang diberondong seribu peluru
(1996)
Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004).
Adalah nasibmu:
Sebuah air mancur, sumber kata yang jernih
Di antara batu hitam, akar pohon dan retakan tanah
Matahari tercipta dari kemurnian kata
Airmata langit mengkristal pada puncak
Enerji kata. Sebuah bendungan tebal yang retak
Gunung berapi yang ingin meledakkan diri
Tapi sungai telah mengirimkan suaramu
Ke muara-muara sunyi yang jauh
Kata-katamu akan mengeras
Seperti ombak
Yang digarami waktu
Di lembah-lembah negerimu yang perawan
Langit menanggalkan jubahnya
Kucium wangi humus dan bau lumpur
Kubayangkan bunga-bunga rumput yang keemasan
Tapi siapa gerangan pemilik tanah
Luas ini? Tak kutemui seorang pun di sini
Hanya danau menggenang:
Pulau kecil, angsa-angsa putih, sebuah perahu
Air hijau dengan riak-riaknya yang sopan
Tak ada bunyi kodok atau denting piano
Yang ada hanya kau, Lina, dengan sebutir peluru di dada
Menghirup napas air, ganggang dan dingin batu
Tapi siapakah yang menguasai seluruh tanah dan air
Tak bernama ini? Tak kudengar suara pidato
Juga tak kulihat iring-iringan panjang
Para serdadu datang dan pergi seperti malam hari
Perang besar atau perang kecil, puing-puing, mayat-mayat
Sebuah gempa dahsyat akan menyelesaikan semuanya:
Di belantara negerimu yang kini terbakar
Kuda-kuda liar tak lagi berpacu
Anjing-anjing hutan tertidur
Pohon-pohon menundukkan kepala
Seorang lelaki kuning di atas bukit karang
Suaranya melengking seperti kesepianmu
Yang diberondong seribu peluru
(1996)
Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004).