Puisi Di Bawah Matahari Kramat Raya Karya Acep Zamzam Noor

Dalam bising jalanan dan teriknya matahari siang
Di antara sejuta teriakan dan gemuruhnya kendaraan
Orang-orang berseliweran, bergegas dan berlari
Sibuk berebut dan berlomba
Mengapa aku hanya diam, kekasihku
Merasakan angin dan debu menampar mukaku
Mengapa aku hanya berdiri menatapmu dengan kelu
Membiarkan matahari membakar tubuh dan jiwaku

Dalam sibuk dan suntuknya hari-hari pergulatan
Di antara sejuta keluhan dan gemuruhnya keserakahan
Orang-orang berjuang dan saling menerkam
Mengapa aku hanya diam saja, kekasihku
Menyaksikan kemenangan-kemenangan yang menggelikan
Juga kekalahan-kekalahan yang tak lagi mengharukan
Mengapa aku hanya termangu melihat semua ini
Tanpa terlibat atau turut ambil bagian

Mengapa aku selalu menghindar dari keramaian
Mengapa aku seperti kehilangan keinginan
Mengapa aku enggan meneruskan kehidupan
Mengapa aku malas berebut dan berlomba
Mengapa aku muak pada cita-cita dunia
Mengapa aku benci terbitnya matahari
Mengapa aku hanya ingin diam dan sendiri
Tenggelam dalam sepimu yang abadi.


Sumber: Tulisan pada Tembok (2011).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama