Puisi Di Negeri Air Karya Acep Zamzam Noor

Menanam tangan di lubuk laut
Wajahku dipenuhi cahaya keperakan
Siang hari. Lebih jauh tanganku mencari sungai
Gelombang panjang menerjangku ke muara
Seperti kata-kata yang didesakkan langit biru
Menjadi garam di pantai. Di laut aku lebih paham
Segarnya darah dan manisnya sebuah luka:
Negeriku ditaburi bunga, dituangi arak dan tarian
Lalu dibakar upacara demi upacara

Suaraku mencari rumah di pantai dan bukit
Mencari kesabaran di antara patung-patung dewa
Tapi semakin jauh perihku mengembara
Tanganku mengeras seperti kayu
Pelipisku ditumbuhi lumut hijau
Lalu dari mataku yang nanar
Perahu-perahu melaju meninggalkanku:
Kekayaanku tinggallah rasa memiliki buih-buih ini
Ketika semua pakaian dan keyakinanku dilucuti

Ketika pantai-pantai menjadi fatamorgana
Ketika patung-patung dewa rebah dan terkubur
Ketika peperangan menawarkan arak dan filsafat
Gelombang panjangmu ternyata menyediakan sebuah jalan
Untuk lewat. Dengan nyali yang kehilangan sebelah kakinya
Aku melompat dari lubuk laut ke sesaji penuh bunga
Menari, kasmaran dan megap-megap:
Di taji ayam-ayam jantan gairah mistik itu menjadi samurai
Seperti hujan yang menegang dan menjelma anak-anak panah

Antara Sanur dan Candidasa, seperti Ravenna dan Venezia
Aku penuh dalam genggaman cahaya matahari
Melewati sulur-sulur panjang pohonan berusia
Melalui upacara demi upacara. Tanganku menemukan sebuah sungai
Dengan perempuan-perempuannya yang sulit diraba
Di sungai keindahan masih punya bagian tak terkalahkan
Seperti juga kedalaman hidup serta riak-riaknya:
Untukmu ingin kuakhiri baris-baris ini lantas kumasuki
Terowongan di sebuah bukit karang

(1994)


Sumber: Di Atas Umbria (1999).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama