Puisi Hujan Telah Reda Karya Acep Zamzam Noor

Hujan telah reda
Sekali lagi, hujan telah reda
Sepanjang musim basah
Dengan udara yang membeku seluruhnya
Darahku teramat sejuk, seperti jam
Yang menggenang di lantai kayu:
Aku tak dapat membedakan mana lebih indah
Kenyataan waktu yang pergi atau garis kenanganku
Yang terpatah-patah. Tapi harus kutemukan sudut lain
Buat cahaya redup dari kata-kataku ini
Besok, ketika matahari menyembul dari balik bukit
Tanganku akan mencapai ujung rambutmu yang terdekat

Hujan telah reda
Sekali lagi, hujan telah reda di sini
Tungku pemanas di ruangan tengah
Suara batu bara yang terbakar
Adalah isyarat paling akhir dari sunyi:
Sepasang sepatu bukanlah satu-satunya dunia
Setumpuk surat, kartu telepon dan rekening listrik
Hanyalah bagian dari kamar sempitmu di kota
Kini kata-kataku berjuang melawan slogan dan retorika
Di antara riuhnya televisi dan dinginnya kulkas
Kelak, ketika koran-koran mengabarkan kematianmu
Satu ciumanku akan memerahkan seluruh pipi cakrawala

Hujan telah reda
Sekali lagi, sayang, hujan telah reda
Pisau yang penuh mentega
Begitu tenang di samping roti
Mungkin aku masih memasak di dapur
Saat pikiranku menjelajahi hutan dan museum:
Kereta api telah membawaku ke sudut-sudut paling rahasia
Dari sejumlah perang saudara yang berkobar di sana
Namun sejengkal dari pusarmu kutemukan tahi lalat itu
Lalu kehidupan pun dapat kusimpulkan dengan segera
Kini, ketika bom-bom dijatuhkan dan meledak
Di ranjang kita masih berpelukan dan sedikit berkeringat

(1993-1994)


Sumber: Di Atas Umbria (1999).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama