Aku merindukan matamu seperti halnya pucuk sadagori
Menanti sinar matahari. Pagi sekali aku berjalan ke barat
Tanpa alas kaki menyusuri pantai, sungai dan perbukitan
Lalu berhenti di muara dan melihat kesedihan dilabuhkan
Aku mengenangkan matamu seperti halnya bunga angsana
Rindu pada udara. Menjelang petang aku beranjak ke utara
Menghirup aroma kandang pada penghujung musim hujan
Terus belok ke timur menuruni undakan-undakan sawah
Kadang aku menghindari matamu seperti halnya kelelawar
Memilih kegelapan. Aku sembunyi di bawah rimbun janitri
Sambil menggelantung pada dahan-dahannya yang tinggi
Junjungan, aku kembali ke pantai ketika malam sempurna
Di kejauhan sebuah pulau karang menjelma titik cahaya
Lalu aku meyakini titik tersebut adalah bola matamu.
(2016)
Sumber: Sungai-Sungai dalam Dirimu (2018).
Menanti sinar matahari. Pagi sekali aku berjalan ke barat
Tanpa alas kaki menyusuri pantai, sungai dan perbukitan
Lalu berhenti di muara dan melihat kesedihan dilabuhkan
Aku mengenangkan matamu seperti halnya bunga angsana
Rindu pada udara. Menjelang petang aku beranjak ke utara
Menghirup aroma kandang pada penghujung musim hujan
Terus belok ke timur menuruni undakan-undakan sawah
Kadang aku menghindari matamu seperti halnya kelelawar
Memilih kegelapan. Aku sembunyi di bawah rimbun janitri
Sambil menggelantung pada dahan-dahannya yang tinggi
Junjungan, aku kembali ke pantai ketika malam sempurna
Di kejauhan sebuah pulau karang menjelma titik cahaya
Lalu aku meyakini titik tersebut adalah bola matamu.
(2016)
Sumber: Sungai-Sungai dalam Dirimu (2018).