Seperti senja yang bersimpuh di kaki langit
Kupuja bola matamu yang melelehkan cahaya redup
Serta hurup-hurup samar yang menuliskan
Keabadian. Senyummu yang tergantung di udara
Dinaungi gumpalan mendung yang kemerahan
Tuturmu yang menggulirkan butir-butir embun
Tak bisa kutampung dengan bibirku yang bergetar
Napas gunung yang dikibarkan kerudungmu
Menghijaukan sawah-sawah di hatiku
Selembar sajadah yang dihamparkan rindu
Membuatku tersungkur lagi. Kuhirup wangi tanah
Kucium akar rumputan dan dingin batu:
Seorang lelaki berlumuran darah
Ditikam sepasang alis matamu
Tariklah sedikit ujung kerudungmu, Dini
Agar langit menampakkan rahasia keindahannya
Pada bumi. Parasmu yang dipantulkan sinar bulan
Dengan bulu-bulu halusnya yang tersapu tiupan angin
Seakan menyibakkan yang selama ini tertutupi
Itulah sebabnya aku memuja bola matamu
Seperti seribu laron mengerumuni satu-satunya
Nyala lampu.
(1997)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Kupuja bola matamu yang melelehkan cahaya redup
Serta hurup-hurup samar yang menuliskan
Keabadian. Senyummu yang tergantung di udara
Dinaungi gumpalan mendung yang kemerahan
Tuturmu yang menggulirkan butir-butir embun
Tak bisa kutampung dengan bibirku yang bergetar
Napas gunung yang dikibarkan kerudungmu
Menghijaukan sawah-sawah di hatiku
Selembar sajadah yang dihamparkan rindu
Membuatku tersungkur lagi. Kuhirup wangi tanah
Kucium akar rumputan dan dingin batu:
Seorang lelaki berlumuran darah
Ditikam sepasang alis matamu
Tariklah sedikit ujung kerudungmu, Dini
Agar langit menampakkan rahasia keindahannya
Pada bumi. Parasmu yang dipantulkan sinar bulan
Dengan bulu-bulu halusnya yang tersapu tiupan angin
Seakan menyibakkan yang selama ini tertutupi
Itulah sebabnya aku memuja bola matamu
Seperti seribu laron mengerumuni satu-satunya
Nyala lampu.
(1997)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).