Puisi Nina Bobo Karya Acep Zamzam Noor

Selokan itu mengalirkan bangkai anjing
Pada mataku. Tapi bibirmu mendesiskan bunga-bunga

Kuminum kuntum demi kuntum karena tak tahu siapa
Meski kucium. Semua leher menawarkan kupu-kupu

Di ruang tunggu masih tersimpan senyap dan seribu
Alamat. Tapi kereta telah lewat

Mengurungkan kiamat. Mungkin terlalu pagi menjemputmu
Mungkin terlalu bernafsu

Kenapa rel begitu dingin dan selimut begitu
Kusut? Tapi matamu begitu hijau dan kekal dan rahasia

(1985)


Sumber: Horison (Agustus, 1987).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama