Puisi Nyanyian Bengawan Sore Karya Muhammad Lutfi

I
Darah mengalir di sekujur sungai yang telah beku
Batu-batu jadi kelam
Hitam seperti kuda ksatriya yang gugur
Kini telah terbaring dia di pangkuan istrinya
Sambil memegangi keris yang memburai isi perutnya

O adinda
Kembang rupa jelita
Gadis manisku yang kini harus relakan aku
Bertabahlah kamu dalam ini waktu
Sebab aku akan terbang ke nirwana

Matanya sudah bagai kerlip bintang
Menjelang pagi buta
Hembusan terakhir dari dadanya itu
Merenggut ke sembilan nyawa keramat punya dia


II
Kakang, seorang istri kini telah berduka
Kubur jadi tempat yang ramai bagiku
Kamu mengingatkan wajahku jadi mawaran
Jadi melatian wangi tusuki aku

Kalau begitu aku akan melepas semua
Apa yang telah kau berikan padaku
Padamu jua ikut kembali
Bersama kubur

Kalau darah sudah bermuara kembali
Bau wanginya aku cecapi di pucuk gunung sana
Maka seorang wanita yang kehilangan suami
Kembali menjalankan tugasnya ke dunia

Pergilah dia seorang diri
Diterpa angin malam berlalu
Dihadapi wajahnya seluruh muka lautan


III
Angger,
Kamu sekarang siap bertugas
Seorang lelaki sedang dibutuhkan
Berangkatlah, ke ujung sana
Kalau kau tidak mengerti maksudku
Maka sungguh berapa tuli kamu

O rajaku
O bapa
Dimana letak kesetiaan anak
Jika kau meminta aku mati
Sembah sujud seluruh darah untukmu

Maju
Serbu
Pekik kuda pemuda itu bagaikan setan
Dia berangkat dengan ujung mata tombak
Dari api semangat seorang anak


IV
Hai Penangsang
Wahai Penangsang
Kemarilah kita berjalan tunggui bujuran sungai
Mati bersama sebagai ksatriya yang dendam

Aku adalah jurang maut
Nyanyi sore di bengawan

Kamu telah gemakan dadamu
Bak punggung gajah menelan pepohonan
Kini mataku ada di tombak
Makanlah dengan ganas

Sambari dengan taring kerismu
Lucuti semua hujan panah padamu
Sebab kamu orang sakti dan berapi-api

Seperti aku pula


V
Hm anak Pemanahan
Lelaki muda baru bertumbuh dan berkembang
Semua yang ada padamu adalah ketamakan

Maka akan kusebarangi sungai dengan perkasa
Kukembalikan semua mata panah ratusan itu,
Aku seorang diri melumat tanah dan gunung.

Sutawijaya dengan tangkasnya memotong
Perut musuhnya dengan mulut tombak
Yang sudah kelaparan dan haus darah

Seorang ksatriya telah gugur
Bengawan sore nyanyikan lagu
Gugur bunga dan darah, darah
Telah mengalir bermuara lautan.

(November 2022)


Sumber: Puisi kiriman Muhammad Lutfi melalui email 2 Agustus 2024.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama