Ternyata aku yang terdampar itu
Lantaran menyerah, tak bisa menjawab
Pertanyaan-pertanyaan yang seakan siap menerkamku
Yang siap memburu dan mengusirku
Aku terengah
Terseok sepanjang emper-emper trotoar
Sepanjang gang, kehidupan berserak bagai kardus
Aku lelah, kantukku semakin berat saja
Semakin tak kuasa kakiku menyeret langkah
Tak kuasa lagi berlama-lama
Ingin segera menghadap-Mu, bermuka-muka
Membeberkan derita, luka demi luka dan putus-asa
Aku ingin segera pergi tidur, rindu.
Tapi Tuhan
Di manakah aku bisa segera menemui-Mu
Sepanjang jalan hanya debu yang mengepul
Deru kendaraan dan lalu lalang orang-orang
Sepanjang gang, rel kereta dan kampung yang padat
Terjepit dalam bis kota, bau keringat
Dan desakan para penumpang kini semakin menidurkanku
Semakin melenakanku
Ternyata akulah yang terdampar itu!
Dengan borok penuh lalat-lalat
Ternyata akulah yang kalah itu, sebagai Adam
Yang terkucil, tersesat dan terlempar dari sorga-Mu.
(1981)
Sumber: Tamparlah Mukaku (1982).
Lantaran menyerah, tak bisa menjawab
Pertanyaan-pertanyaan yang seakan siap menerkamku
Yang siap memburu dan mengusirku
Aku terengah
Terseok sepanjang emper-emper trotoar
Sepanjang gang, kehidupan berserak bagai kardus
Aku lelah, kantukku semakin berat saja
Semakin tak kuasa kakiku menyeret langkah
Tak kuasa lagi berlama-lama
Ingin segera menghadap-Mu, bermuka-muka
Membeberkan derita, luka demi luka dan putus-asa
Aku ingin segera pergi tidur, rindu.
Tapi Tuhan
Di manakah aku bisa segera menemui-Mu
Sepanjang jalan hanya debu yang mengepul
Deru kendaraan dan lalu lalang orang-orang
Sepanjang gang, rel kereta dan kampung yang padat
Terjepit dalam bis kota, bau keringat
Dan desakan para penumpang kini semakin menidurkanku
Semakin melenakanku
Ternyata akulah yang terdampar itu!
Dengan borok penuh lalat-lalat
Ternyata akulah yang kalah itu, sebagai Adam
Yang terkucil, tersesat dan terlempar dari sorga-Mu.
(1981)
Sumber: Tamparlah Mukaku (1982).