Puisi Angin Pegunungan Karya Acep Zamzam Noor

“Marga,” seseorang berkata
Pada ujung dermaga. Suaranya pelan
Sepelan angin pegunungan yang merayap
Dari selatan. “Aku orang gunung
Yang merindukan lautan,” katanya lagi

Lalu akanan menjadi lebih teduh
Seteduh jubah langit subuh
Yang memayungi mimpi nelayan
Dalam pelayaran tanpa akhir
Ke palung takdir. Ada semburat marun
Segurat kuning yang ngungun
Di sekeliling bayang separuh bulan
Yang lindap tergantung

“Marga,” seseorang berkata
Pada remang warung. Suaranya samar
Sesamar angin pegunungan yang sembunyi
Di ruap kopi. “Aku mengunjungi bandar
Dengan segunung debar,” katanya lagi

Dermaga sediam kayu hitam
Tiang kenangan yang menopang
Rumah-rumah panggung di sudut
Ingatan. Ada yang menyerupai surut
Sampan waktu yang bertolak dan berlabuh
Di akanan subuh. Ada yang mengikuti pasang
Bulan yang meredupkan kuningnya
Menjadi hijau kebiruan

“Marga,” seseorang berkata
Pada dingin kopi. Suaranya kudus
Sekudus angin pegunungan yang lampus
Di surya pagi. “Aku mencintai lautan
Seperti mencintai gunung di selatan,” katanya lagi

(2006)


Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama