Ke arah senja
Ada selingkar jalan
Tebing rendah
Remang warung dan ruap kopi
Di udara
Seorang lelaki
Berjalan sendiri
Lelaki itu
Bernama melankoli
Berjalan, berjalan
Terus, terus
Ke pusat malam
Tak ada percakapan
Hanya sentuhan jemari angin
Dingin yang berembun
Pada telapak tangan
Peruntungannya
Tak ada
Kenangan yang dirancang
Pada jalan berbatu
Kesepiannya. Kenangan
Semakin menjauh
Bersama lenguh
Adzan subuh
Dan hotel menunggu
Seperti unggun api
Di hutan. Tapi lelaki itu
Si melankoli itu
Terus saja berjalan, berjalan
Melewati pertigaan
Meninggalkan perempatan
"Aku sudah menunggumu sejak tadi
Dengan kaos merah dan celana hitam
Yang sobek di lutut kanan"
Lelaki itu seperti mendengar suara merdu
Tapi tak mau peduli
Berjalan, berjalan
Terus, terus
Menuju pagi
"Aku menunggumu sendirian
Dengan secangkir teh di tangan"
Lelaki itu tak mau mendengar
Suaranya sendiri
Berjalan, berjalan
Terus, terus
Melengkapkan sepi
(2006)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Ada selingkar jalan
Tebing rendah
Remang warung dan ruap kopi
Di udara
Seorang lelaki
Berjalan sendiri
Lelaki itu
Bernama melankoli
Berjalan, berjalan
Terus, terus
Ke pusat malam
Tak ada percakapan
Hanya sentuhan jemari angin
Dingin yang berembun
Pada telapak tangan
Peruntungannya
Tak ada
Kenangan yang dirancang
Pada jalan berbatu
Kesepiannya. Kenangan
Semakin menjauh
Bersama lenguh
Adzan subuh
Dan hotel menunggu
Seperti unggun api
Di hutan. Tapi lelaki itu
Si melankoli itu
Terus saja berjalan, berjalan
Melewati pertigaan
Meninggalkan perempatan
"Aku sudah menunggumu sejak tadi
Dengan kaos merah dan celana hitam
Yang sobek di lutut kanan"
Lelaki itu seperti mendengar suara merdu
Tapi tak mau peduli
Berjalan, berjalan
Terus, terus
Menuju pagi
"Aku menunggumu sendirian
Dengan secangkir teh di tangan"
Lelaki itu tak mau mendengar
Suaranya sendiri
Berjalan, berjalan
Terus, terus
Melengkapkan sepi
(2006)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).