Aku mengumpulkan lembar demi lembar daun
Pada hamparan pasir. Di bawah rimbun ketapang
Segala kesedihan dunia kupadatkan menjadi seloka
Tembang tercipta dari alun ombak dan kesiur angin
Aku menyusun kalimat demi kalimat persembahan
Seperti merapal untaian doa. Lalu pada baris terakhir
Kemurungan yang bertahun-tahun kulebur dalam amin
Mantera dan jampi kugali dari makam dan artefak sunyi
Junjungan, aku telah berjalan dengan kaki pada kepala
Tersaruk-saruk menyusuri jejak panjang para pecinta
Dari Ciheras ke Sindangkerta semakin lebar wilayah luka
Kini sukmaku terapung dalam pusaran udara yang naik
Menggapai rindu. Perjalanan batin telah digariskan semesta
Antara Cikawungading dan Cilangla hanya genangan air mata
(2015)
Sumber: Sungai-Sungai dalam Dirimu (2018).
Pada hamparan pasir. Di bawah rimbun ketapang
Segala kesedihan dunia kupadatkan menjadi seloka
Tembang tercipta dari alun ombak dan kesiur angin
Aku menyusun kalimat demi kalimat persembahan
Seperti merapal untaian doa. Lalu pada baris terakhir
Kemurungan yang bertahun-tahun kulebur dalam amin
Mantera dan jampi kugali dari makam dan artefak sunyi
Junjungan, aku telah berjalan dengan kaki pada kepala
Tersaruk-saruk menyusuri jejak panjang para pecinta
Dari Ciheras ke Sindangkerta semakin lebar wilayah luka
Kini sukmaku terapung dalam pusaran udara yang naik
Menggapai rindu. Perjalanan batin telah digariskan semesta
Antara Cikawungading dan Cilangla hanya genangan air mata
(2015)
Sumber: Sungai-Sungai dalam Dirimu (2018).