Lemparkan pandangmu, sungai berliku
Membelah gubuk-gubuk karton
Lemparkan rindumu, pandang dengan mata hati
Cikapundung menyalib duka: seorang gadis menanti
Apa katamu kemarin pagi, cerita biasa
hukum yang terpaeri di setiap dada lelaki
Apa katamu kini, seorang gadis duduk sendirian
Dengan kaki bersijuntai memandang bayangannya di air
Bukan lagu yang kutuliskan ini, sekedar harap
Ketika gerimis reda dan jalanan bisu sepanjang Braga
Bukan, bukan lagu yang kusenandungkan ini, sebuah kasih
Di antara kesepian kita yang berjuta: seorang gadis merintih
Inilah kesepian yang nyaris sempurna
Lahir dari keasyikan kita menikam diri sendiri
Sebagai lelaki penduka
Inilah lagu yang tak pernah selesai dinyanyikan
Dengan hati bersijuntai, senja dalam genggam tanganmu
Dengan suka melambai, Cikapundung mengaliri dukanya
Kita terperangah dalam mungkin: gadis itu menatap kita
Lihatlah, seorang gadis menatap kita, biru pandangnya
(1982)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Membelah gubuk-gubuk karton
Lemparkan rindumu, pandang dengan mata hati
Cikapundung menyalib duka: seorang gadis menanti
Apa katamu kemarin pagi, cerita biasa
hukum yang terpaeri di setiap dada lelaki
Apa katamu kini, seorang gadis duduk sendirian
Dengan kaki bersijuntai memandang bayangannya di air
Bukan lagu yang kutuliskan ini, sekedar harap
Ketika gerimis reda dan jalanan bisu sepanjang Braga
Bukan, bukan lagu yang kusenandungkan ini, sebuah kasih
Di antara kesepian kita yang berjuta: seorang gadis merintih
Inilah kesepian yang nyaris sempurna
Lahir dari keasyikan kita menikam diri sendiri
Sebagai lelaki penduka
Inilah lagu yang tak pernah selesai dinyanyikan
Dengan hati bersijuntai, senja dalam genggam tanganmu
Dengan suka melambai, Cikapundung mengaliri dukanya
Kita terperangah dalam mungkin: gadis itu menatap kita
Lihatlah, seorang gadis menatap kita, biru pandangnya
(1982)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).