Ada angin, sebuah taman dan bangku bambu
Ada dingin, sebuah lagu dan percakapan yang kelu
Lalu kicau burung, kericik air kali dan gesekan perdu
Selepas senja, ketika segaris mega menggores dalam balada
Ada kolam, cuaca yang memberat dalam perjumpaan
Ada diam, sepasang mata yang memaku rabu kerinduan
Lalu sebuah tanya, tiba-tiba hadir di antara senyap
Di depan, jalan setapak yang membentang ke cakrawala
Kini, sajak-sajakku, mungkin tinggal jejak-jejak
Sejumlah episode dan sekian bercak merah di lehermu
Lantas kita, kau dan aku, akan hanyut ke mana
Dalam peradaban papa dan pusaran udara yang bertuba
(1982)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Ada dingin, sebuah lagu dan percakapan yang kelu
Lalu kicau burung, kericik air kali dan gesekan perdu
Selepas senja, ketika segaris mega menggores dalam balada
Ada kolam, cuaca yang memberat dalam perjumpaan
Ada diam, sepasang mata yang memaku rabu kerinduan
Lalu sebuah tanya, tiba-tiba hadir di antara senyap
Di depan, jalan setapak yang membentang ke cakrawala
Kini, sajak-sajakku, mungkin tinggal jejak-jejak
Sejumlah episode dan sekian bercak merah di lehermu
Lantas kita, kau dan aku, akan hanyut ke mana
Dalam peradaban papa dan pusaran udara yang bertuba
(1982)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).