Puisi Ifni Karya Acep Zamzam Noor

Ketika lelehan cahaya melumuri sebuah beranda
Angin menyelinap di antara kursi-kursi rotan, meja kaca
Asbak marmar putih serta dua cangkir teh
yang masih mengepulkan asap. Ketika matamu berair
Disentuh ujung cahaya yang mengandung ucapan
Kau menjelma lukisan. Rautmu nampak lebih khusyuk
Dari daun-daun pinus yang merunduk di udara
Lebih ngungun dari senja yang turun tanpa parasut
Dan mendaratkan kesenduan pada kolam matamu

Di halaman patung-patung semen itu menghijau
Seperti monumen yang dilupakan orang dan diam-diam
Berlumut. Kuhirup wangi teh dan kususuri rambutmu
Yang membawa ingatanku ke negeri-negeri jauh:
Di depanku terbayang lagi pantai, ombak, batu karang
Kaki langit yang redup serta awan yang kemerahan
Di udara. Dan senja yang menyerap habis senyumanmu
Telah menorehkan ceruk-ceruk indah
Di kedua pipimu

(1997)


Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama