Kau datang dari sebuah ujung yang jauh
Datang dengan tas punggung serta sungging senyum
Yang tergantung ngungun. Pada subuh yang dingin itu
Bandung bagaikan kuburan “Ke sini aku hanya berziarah
Di mana cinta lama pernah dikebumikan,” ucapmu
Sambil mengenangkan seorang lelaki, dengan anting perak
Dengan rambut yang dipotong cepak
Kau datang dari sebuah kalimat yang ditinggalkan
Hurup-hurupnya. Datang dari sebuah bandar yang risau
Tempat gelombangnya panjang masih kerap terdengar
Di selatan pulau. Mayat tak perlu dihidupkan kembali
Tapi aku akan menziarahi kuburnya sesekali,” ucapmu lagi
Bandung seakan berkabung, dengan paras subuhnya
Yang penuh bintik-bintik embun
(2006)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Datang dengan tas punggung serta sungging senyum
Yang tergantung ngungun. Pada subuh yang dingin itu
Bandung bagaikan kuburan “Ke sini aku hanya berziarah
Di mana cinta lama pernah dikebumikan,” ucapmu
Sambil mengenangkan seorang lelaki, dengan anting perak
Dengan rambut yang dipotong cepak
Kau datang dari sebuah kalimat yang ditinggalkan
Hurup-hurupnya. Datang dari sebuah bandar yang risau
Tempat gelombangnya panjang masih kerap terdengar
Di selatan pulau. Mayat tak perlu dihidupkan kembali
Tapi aku akan menziarahi kuburnya sesekali,” ucapmu lagi
Bandung seakan berkabung, dengan paras subuhnya
Yang penuh bintik-bintik embun
(2006)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).