Puisi Roma Karya Acep Zamzam Noor

Roma, Akhir 1991 (1)

Janganlah mengerang untukku di musim dingin ini
Sebab aku tak menjadi lebih gila tanpa mantel tebal
Atau tanpa alat pemanas di kamar. Kudengar letusan-letusan
Seperti ada bagian langit yang retak
Di jalanan anak-anak muda menyulut mercon dan granat
Sambil minum bir. Aku tak menjadi lebih gila
Tanpa ciuman dan elusan tanganmu di paha
Kini aku bernyanyi bersama angin yang berteriak
Pada tembok-tembok tua. Janganlah mengerang untukku
Sebab aku hanya bernyanyi untuk diriku sendiri
Setelah lelah menyusuri jejak matahari
Dan tergolek di hotel sunyi. Janganlah mengerang
Musim semi nanti hanya putaran kaset yang berulang
Daun-daun akan luruh kembali dan rambutmu pun memutih —
Sementara aku tak akan menjadi lebih gila lagi


Roma, Akhir 1991 (2)

Telah kularikan perut laparku ke jalan-jalan raya
Ke museum-museum, galeri-galeri dan butik-butik
Yang mewah. Kupecahkan pikiranku berkeping-keping
Dan kembali kususun perasaan-perasaan halusku
Seperti sungai Tevere yang mengalir tenang
Di mana pun kesepian selalu mengalirkan puisi
Kesepian lebih dekat pada hujan namun menyukai ledakan
Seperti mercon dan granat di tangan anak-anak muda
Atau lenguhan panjang seorang perempuan
Di sini aku tak menjadi lebih gila tanpa gigitanmu
Atau tanpa sodokan yang biasa pada lambungku
Janganlah mengerang untukku dan cukup pejamkan matamu
Bagaimana telah kita lewati tahun-tahun penuh candu —
Sementara kereta bawah tanah masih terus melaju
Dan kesepianku belum juga mati digilasnya

(1992)


Sumber: Di Atas Umbria (1999).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama