Sajak yang Lahir dari Senyum Ria Soemarta (1)
Cahaya satu menyala dalam jiwaku
Matamu adalah isyarat
Engkau mengetuk hatiku dengan tatapan
Menggedor jantungku dengan senyuman
Hatiku membuka karena isyarat
Karena engkau menatapku:
Matamu adalah ruang, adalah rumah
Akankah aku berani memasukinya?
Sajak yang Lahir dari Senyum Ria Soemarta (2)
Nyatanya tertegun juga depan pintu
Menimbang-nimbang
Hasrat yang bergolak di dalam
Kusimpan dalam diam
Tertegun juga mengeja waktu
Yang melaju menyeret langkahku
Hari-hari berenang
Telagamu luas tanpa tepian
Sajak yang Lahir dari Senyum Ria Soemarta (3)
Jiwaku menggigil memandu rindu
Bertahun dungu:
Di depanku matahari masih menyala
Kupandang ia bagai mengusap keheninganmu
Matahari selalu melecut hidupku
Sekaligus mengelus luka-lukaku
Karena setiap kupandang ia, punahlah rindu
Setiap kuhirup aromanya terbayanglah senyumanmu
Sajak yang Lahir dari Senyum Ria Soemarta (4)
Kuurai semua peristiwa
Adegan demi adegan di antara kita
Menjadi kepingan kata
Bernama sunyi
Kuhitung jam, kuhitung kerlip gemintang
Langit bertabur warna, malam gaduh oleh suara
Angin berdesingan, gemuruhnya lautan
Bersahutan dalam dadaku
O, hatiku tumpah padamu
(1982)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Cahaya satu menyala dalam jiwaku
Matamu adalah isyarat
Engkau mengetuk hatiku dengan tatapan
Menggedor jantungku dengan senyuman
Hatiku membuka karena isyarat
Karena engkau menatapku:
Matamu adalah ruang, adalah rumah
Akankah aku berani memasukinya?
Sajak yang Lahir dari Senyum Ria Soemarta (2)
Nyatanya tertegun juga depan pintu
Menimbang-nimbang
Hasrat yang bergolak di dalam
Kusimpan dalam diam
Tertegun juga mengeja waktu
Yang melaju menyeret langkahku
Hari-hari berenang
Telagamu luas tanpa tepian
Sajak yang Lahir dari Senyum Ria Soemarta (3)
Jiwaku menggigil memandu rindu
Bertahun dungu:
Di depanku matahari masih menyala
Kupandang ia bagai mengusap keheninganmu
Matahari selalu melecut hidupku
Sekaligus mengelus luka-lukaku
Karena setiap kupandang ia, punahlah rindu
Setiap kuhirup aromanya terbayanglah senyumanmu
Sajak yang Lahir dari Senyum Ria Soemarta (4)
Kuurai semua peristiwa
Adegan demi adegan di antara kita
Menjadi kepingan kata
Bernama sunyi
Kuhitung jam, kuhitung kerlip gemintang
Langit bertabur warna, malam gaduh oleh suara
Angin berdesingan, gemuruhnya lautan
Bersahutan dalam dadaku
O, hatiku tumpah padamu
(1982)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).