Puisi Firenze Karya Acep Zamzam Noor

Ingin kulepaskan hasratku
Ke pusat gairahmu
Seperti peristiwa-peristiwa lalu
Yang dikekalkan waktu
Dalam lukisan. Begitu juga jalan-jalan
Lorong kaki lima yang berliku
Jembatan-jembatan antik
Tiang-tiang serta lampu-lampu
Sepanjang lereng bukit

Sejak kulewati sebuah kastil hijau
Kebun anggur tumbuh dalam dadaku
Aku berjalan dengan lonceng di telinga
Mendirikan menara bagi setiap pendengaran
Dan penglihatanku. Lalu kumasuki perpustakaan
Hingga pikiranku menjadi keranjang sampah –
Kulihat angka-angka tahun berloncatan
Nama-nama bulan berlepasan
Hari-hari meloloskan diri
Dari perangkap kesementaraan

Sungguh ingin kubenturkan rinduku
Pada setiap dentang lonceng
Katedralmu. Ingin kuledakkan cintaku
Pada adegan-adegan pertobatan
Yang tergambar di dinding dan jendela
Atau kuhanguskan sisa birahiku
Di bawah patung-patung orang suci -
Aku berjalan ke arah bangku kosong itu
Duduk, tersedu dan membusuk
Bersama sajak-sajakku

(1993)


Sumber: Di Atas Umbria (1999).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama