(Diterjemahkan oleh Lutfi Mardiansyah)
selamat datang di nerakaku yang penuh belatung.
musik menggilas dengan suara sumbang.
mata ikan mengamati dari dinding.
inilah tempat di mana tegukan bahagia terakhir
adalah api.
pikiran menggemeretak tertutup
seperti pikiran menggemeretak
tertutup.
kita harus menemukan kehendak baru dan cara
baru.
kita terjebak di sini sekarang
mendengarkan gelak tawa
dewa-dewa.
pelipisku sakit karena kebenaran dari
segala kebenaran.
aku bangkit, bergerak ke sana-kemari, menggaruk
diriku sendiri.
aku adalah sebuah bidak.
aku adalah seorang pendoa yang lapar.
nerakaku yang penuh belatung menyambutmu.
halo. halo yang di sana. masuk, ayo masuklah!
ada banyak ruang di sini untuk kita semua,
dasar goblok.
kita hanya bisa mengutuk diri sendiri, jadi
kemarilah duduk denganku di dalam kegelapan.
ini baru separuh jalan
entah ke mana.
ke mana pun.
Sumber: "Delapan Puisi Karya Charles Bukowski", https://sastra-indonesia.com/2020/10/delapan-puisi-karya-charles-bukowski/.
selamat datang di nerakaku yang penuh belatung.
musik menggilas dengan suara sumbang.
mata ikan mengamati dari dinding.
inilah tempat di mana tegukan bahagia terakhir
adalah api.
pikiran menggemeretak tertutup
seperti pikiran menggemeretak
tertutup.
kita harus menemukan kehendak baru dan cara
baru.
kita terjebak di sini sekarang
mendengarkan gelak tawa
dewa-dewa.
pelipisku sakit karena kebenaran dari
segala kebenaran.
aku bangkit, bergerak ke sana-kemari, menggaruk
diriku sendiri.
aku adalah sebuah bidak.
aku adalah seorang pendoa yang lapar.
nerakaku yang penuh belatung menyambutmu.
halo. halo yang di sana. masuk, ayo masuklah!
ada banyak ruang di sini untuk kita semua,
dasar goblok.
kita hanya bisa mengutuk diri sendiri, jadi
kemarilah duduk denganku di dalam kegelapan.
ini baru separuh jalan
entah ke mana.
ke mana pun.
Sumber: "Delapan Puisi Karya Charles Bukowski", https://sastra-indonesia.com/2020/10/delapan-puisi-karya-charles-bukowski/.