Nyanyian Ariadne (1)
Sinar bulan telah mematangkan kandunganmu
Seorang bayi akan lahir dari benua sunyi ini
Begitu lama matamu terpejam, seakan menolak cahaya
Sesaat bintang-bintang berjatuhan menimpamu
Di ranjang, segalanya telah tersusun serba putih
Juga teronggok perasaanku yang letih -
Sedang di lehermu masih tersisa bekas gigitanku
Kita menjadi bagian dari nasib semesta, Ariadne
Bola bumi harus terbelah dan kita akan terlempar
Ke jurang yang berlainan. Pelan-pelan matamu membuka
Masih kurasakan tatapanmu yang mengandung api
Juga senyumanmu yang gemetar -
Napasmu seakan memendam kabut yang tebal
Tak ada yang bisa kuterjemahkan dari sinar bulan
Selain cahaya yang diam-diam memusnahkan kita
Dalam waktu. Masih kudengar suaramu yang sayup
Di antara selamat tinggalku yang terpendam
Tiba-tiba kukumu menekan pundakku keras sekali
Dan aku terbangun dari mimpi yang melelahkan -
Aku menggigil karena kehabisan kata-kata dan senyuman.
Nyanyian Ariadne (2)
Semakin jelas kusaksikan
Kabut bergulung-gulung melindasmu
Gaunmu terlepas dan topan mengusungmu
Ke angkasa. Seperti burung kau pun meronta
Sayapmu yang luka, Ariadne
Masih juga kaukepakkan
Memanggil langit agar mendekat
Memaksa rembulan turun
Apakah kau kedinginan, Ariadne
Tubuhmu telanjang dalam cahaya suram
Kabut terus bergulung-gulung
Tarianmu mulai tak kumengerti
Kau bergumam seperti mega
Keringatmu bercucuran
Membasahi bumi
Tangisanmu menjadi nyanyian
Kini akulah yang menggigil
Musik malam seakan pengantar kematianmu
Kabut semakin tebal, Ariadne
Di udara klakson-klakson terus berdengung
Mobil-mobil berebut ingin menjemputmu
Ke diskotik. Tiba-tiba senyumanmu menyala
Keabadian dalam genggamanmu
Kau meronta dan menari
(1988)
Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004).
Sinar bulan telah mematangkan kandunganmu
Seorang bayi akan lahir dari benua sunyi ini
Begitu lama matamu terpejam, seakan menolak cahaya
Sesaat bintang-bintang berjatuhan menimpamu
Di ranjang, segalanya telah tersusun serba putih
Juga teronggok perasaanku yang letih -
Sedang di lehermu masih tersisa bekas gigitanku
Kita menjadi bagian dari nasib semesta, Ariadne
Bola bumi harus terbelah dan kita akan terlempar
Ke jurang yang berlainan. Pelan-pelan matamu membuka
Masih kurasakan tatapanmu yang mengandung api
Juga senyumanmu yang gemetar -
Napasmu seakan memendam kabut yang tebal
Tak ada yang bisa kuterjemahkan dari sinar bulan
Selain cahaya yang diam-diam memusnahkan kita
Dalam waktu. Masih kudengar suaramu yang sayup
Di antara selamat tinggalku yang terpendam
Tiba-tiba kukumu menekan pundakku keras sekali
Dan aku terbangun dari mimpi yang melelahkan -
Aku menggigil karena kehabisan kata-kata dan senyuman.
Nyanyian Ariadne (2)
Semakin jelas kusaksikan
Kabut bergulung-gulung melindasmu
Gaunmu terlepas dan topan mengusungmu
Ke angkasa. Seperti burung kau pun meronta
Sayapmu yang luka, Ariadne
Masih juga kaukepakkan
Memanggil langit agar mendekat
Memaksa rembulan turun
Apakah kau kedinginan, Ariadne
Tubuhmu telanjang dalam cahaya suram
Kabut terus bergulung-gulung
Tarianmu mulai tak kumengerti
Kau bergumam seperti mega
Keringatmu bercucuran
Membasahi bumi
Tangisanmu menjadi nyanyian
Kini akulah yang menggigil
Musik malam seakan pengantar kematianmu
Kabut semakin tebal, Ariadne
Di udara klakson-klakson terus berdengung
Mobil-mobil berebut ingin menjemputmu
Ke diskotik. Tiba-tiba senyumanmu menyala
Keabadian dalam genggamanmu
Kau meronta dan menari
(1988)
Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004).