Di atas bukit yang menyerupai lukisan
Kabut bagaikan dinding tebal
Yang menopang udara. Musim menjadi tangga
Antara yang sementara dengan yang kekal
Yang nampak terlihat dengan yang tidak teraba
Pohon-pohon berbaris melingkari danau
Seperti deretan usiaku yang risau. Detik-detik
Menjelma burung-burung kecil, kecipak-kecipak air
Jalan setapak yang terus mengalir. Semakin ke tenggara
Rumput-rumput basah menghamparkan kata-kata
Kumaknai setiap butir embun yang melepuh
Di tubuh daun. Kumaknai jejak-jejakku yang sunyi
Kenangan-kenanganku yang kehilangan puisi
Ketika memberi atau menerima, ikhlas atau terpaksa
Menjadi tidak jelas lagi batasannya di antara kita
Di sawah-sawah yang menyerupai tapestri
Gerimis bagaikan jalinan benang emas
Yang mengurung senja. Kesedihanku memaknai tanah
Tanah air kita yang terbelah, kepedihanku memaknai bumi
Bumi percintaan kita yang tinggal onggokan sampah
(2006)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Kabut bagaikan dinding tebal
Yang menopang udara. Musim menjadi tangga
Antara yang sementara dengan yang kekal
Yang nampak terlihat dengan yang tidak teraba
Pohon-pohon berbaris melingkari danau
Seperti deretan usiaku yang risau. Detik-detik
Menjelma burung-burung kecil, kecipak-kecipak air
Jalan setapak yang terus mengalir. Semakin ke tenggara
Rumput-rumput basah menghamparkan kata-kata
Kumaknai setiap butir embun yang melepuh
Di tubuh daun. Kumaknai jejak-jejakku yang sunyi
Kenangan-kenanganku yang kehilangan puisi
Ketika memberi atau menerima, ikhlas atau terpaksa
Menjadi tidak jelas lagi batasannya di antara kita
Di sawah-sawah yang menyerupai tapestri
Gerimis bagaikan jalinan benang emas
Yang mengurung senja. Kesedihanku memaknai tanah
Tanah air kita yang terbelah, kepedihanku memaknai bumi
Bumi percintaan kita yang tinggal onggokan sampah
(2006)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).