Senza Titolo (1)
Seperti daun-daun yang luruh, ranting-ranting
Yang lepas oleh angin. Demikianlah kutempatkan diriku
Asing dan sunyi di antara tembok-tembok tua
Perlahan kudengar lonceng gereja
Seperti mengisyaratkan jarak
Yang tak terjengkal. Perceraian kita
Lebih perih dari perpisahanku dengan dunia
Atau selamat tinggalku pada benda-benda -
Ranjang kita hangus dibakar waktu
Nafsumu berkobar di belahan yang jauh
Sedang kesabaranku tertimbun salju
Dalam kebisuan yang mengeras.
Senza Titolo (2)
Kita telah sama-sama melupakan sorga
Sejak pertama luka kita torehkan
Hingga mengalir sungai darah yang deras
Tempat kita mandi dan minum sepuasnya
Sambil terus membuat borok-borok lain
Sebagai kegembiraan. Tapi semuanya lampau
Kini aku menggigil karena tahu ada yang lebih indah
Selain dosa. Sesuatu yang hanya bisa dibayangkan
Sebab antara kita masih berkobar dendam -
Sebuah buku yang dipenuhi sajak-sajak protes
Dengan gambar-gambar kemarahan yang menggugat
Bahwa neraka tak di mana pun.
Senza Titolo (3)
Ada darah mengalir di atas timbunan salju
Ia membentuk dirinya menjadi susunan huruf-huruf
Dan kubaca sebagai kesepian yang mengerikan
Kesepian yang tak pernah terlintas
Dalam sajak-sajakku. Hidup telah kupermainkan
Seperti juga aku telah dipermainkan hidup
Kini semuanya saling berhadapan dengan pemahaman
Yang berbeda. Darahku terlalu tawar untuk dunia ini
Dan hanya akan bergolak jika dicampur darahmu -
Sebuah perkawinan antara minyak dengan api
Kita akan saling membakar
Kita akan saling menyalakan
Senza Titolo (4)
Henny Hendrayani, catatlah ini:
Seperti daun-daun yang luruh, ranting-ranting
Yang lepas oleh angin. Demikianlah kutempatkan diriku
Asing dan sunyi. Kulihat awan-awan yang bergerak
Langit penuh tarian dan arakan awan-awan
Di sana kulihat tubuhmu masih nampak lebih ringan
Dari cahaya yang menari-nari -
Tapi lupakanlah, lupakanlah semuanya
Dunia kita telah hangus dibakar pertikaian
Menangislah pada puing-puing jauh di seberang
Di sini aku akan menjerit membangun patung-patung
Dari timbunan kesabaranku yang membeku
(1992)
Sumber: Di Atas Umbria (1999).
Seperti daun-daun yang luruh, ranting-ranting
Yang lepas oleh angin. Demikianlah kutempatkan diriku
Asing dan sunyi di antara tembok-tembok tua
Perlahan kudengar lonceng gereja
Seperti mengisyaratkan jarak
Yang tak terjengkal. Perceraian kita
Lebih perih dari perpisahanku dengan dunia
Atau selamat tinggalku pada benda-benda -
Ranjang kita hangus dibakar waktu
Nafsumu berkobar di belahan yang jauh
Sedang kesabaranku tertimbun salju
Dalam kebisuan yang mengeras.
Senza Titolo (2)
Kita telah sama-sama melupakan sorga
Sejak pertama luka kita torehkan
Hingga mengalir sungai darah yang deras
Tempat kita mandi dan minum sepuasnya
Sambil terus membuat borok-borok lain
Sebagai kegembiraan. Tapi semuanya lampau
Kini aku menggigil karena tahu ada yang lebih indah
Selain dosa. Sesuatu yang hanya bisa dibayangkan
Sebab antara kita masih berkobar dendam -
Sebuah buku yang dipenuhi sajak-sajak protes
Dengan gambar-gambar kemarahan yang menggugat
Bahwa neraka tak di mana pun.
Senza Titolo (3)
Ada darah mengalir di atas timbunan salju
Ia membentuk dirinya menjadi susunan huruf-huruf
Dan kubaca sebagai kesepian yang mengerikan
Kesepian yang tak pernah terlintas
Dalam sajak-sajakku. Hidup telah kupermainkan
Seperti juga aku telah dipermainkan hidup
Kini semuanya saling berhadapan dengan pemahaman
Yang berbeda. Darahku terlalu tawar untuk dunia ini
Dan hanya akan bergolak jika dicampur darahmu -
Sebuah perkawinan antara minyak dengan api
Kita akan saling membakar
Kita akan saling menyalakan
Senza Titolo (4)
Henny Hendrayani, catatlah ini:
Seperti daun-daun yang luruh, ranting-ranting
Yang lepas oleh angin. Demikianlah kutempatkan diriku
Asing dan sunyi. Kulihat awan-awan yang bergerak
Langit penuh tarian dan arakan awan-awan
Di sana kulihat tubuhmu masih nampak lebih ringan
Dari cahaya yang menari-nari -
Tapi lupakanlah, lupakanlah semuanya
Dunia kita telah hangus dibakar pertikaian
Menangislah pada puing-puing jauh di seberang
Di sini aku akan menjerit membangun patung-patung
Dari timbunan kesabaranku yang membeku
(1992)
Sumber: Di Atas Umbria (1999).