Puisi Elegi buat Sebuah Perang Saudara Karya Taufiq Ismail

Dengan mata dingin dia turun ke medan
Di bahunya tegar tersilang hitam senapan
Dengan rasa ingin ditempuhnya perbukitan
Mengayun lengan kasar berbulu dendam

Angin pun bagai kampak sepanjang hutan
Bukit-bukit dipacu atas kuda kelabu
Dada dan lembah menyenak penuh deram
Di ujung gunung lawannya sudah menunggu

Terurai kendali kuda, merentak ringkiknya
Di kaki langit teja mengantar malam tembaga
Luluhlah senja dalam denyar. Api mesiu
Di ujung gunung lawan rebah telungkup bahu

Angin tak lagi menderu tapi desah tertahan
Dengan kaki sombong dibalikkannya lelaki itu
Ketika senja berayun malam di dahan-dahan

Angin pun menggigiti kulit bagai gergaji
Telentang kaku di bumi. Telah dibunuh adik sendiri.

(1960)


Sumber: Tirani dan Benteng (1993).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama