(Berlin, Oktober 1947)
Pujangga wanita itu
Novelis-penyair delapan puluh tiga tahun
(Demikian tegarnya dihempas waktu!)
Perlahan menaiki mimbar
Dan berkata:
'Dalam sejarah kita ini
Betapa sukarnya terasa
Tugas bimbingan batin waktu ini'
Yang tidak pernah ada sebelumnya...
Pada tahun-tahun ngeri terakhir ini
Selama perang berprahara
Dalam histeri demagogi
Dan kibaran semboyan-semboyan
Saya sering ragu-ragu dan
Bertanya-tanya. Pada bangsa saya
Sekian banyak yang latah dan menjilat
Apakah benar pada hati kecil berkhianat
Sekian banyak sia-sia tersungkur ke bumi
Berselimut awan amunisi
Tapi sementara itu
Telah tampil sekian banyak pula
Kebesaran jiwa
Kesediaan berkorban. Kepahlawanan
Serta kebajikan yang tinggi
Sesudah perang memberi kita
Puing demi puing. Kepapaan dan air mata
Daftar jenazah yang senantiasa bertambah
Hutang dalam ratusan juta jam kerja
Timbullah kini kesabaran dan kekuatan
Memikul berat beban nestapa
Serasa tiada hingganya.
(1965)
Sumber: Tirani dan Benteng (1993).
Pujangga wanita itu
Novelis-penyair delapan puluh tiga tahun
(Demikian tegarnya dihempas waktu!)
Perlahan menaiki mimbar
Dan berkata:
'Dalam sejarah kita ini
Betapa sukarnya terasa
Tugas bimbingan batin waktu ini'
Yang tidak pernah ada sebelumnya...
Pada tahun-tahun ngeri terakhir ini
Selama perang berprahara
Dalam histeri demagogi
Dan kibaran semboyan-semboyan
Saya sering ragu-ragu dan
Bertanya-tanya. Pada bangsa saya
Sekian banyak yang latah dan menjilat
Apakah benar pada hati kecil berkhianat
Sekian banyak sia-sia tersungkur ke bumi
Berselimut awan amunisi
Tapi sementara itu
Telah tampil sekian banyak pula
Kebesaran jiwa
Kesediaan berkorban. Kepahlawanan
Serta kebajikan yang tinggi
Sesudah perang memberi kita
Puing demi puing. Kepapaan dan air mata
Daftar jenazah yang senantiasa bertambah
Hutang dalam ratusan juta jam kerja
Timbullah kini kesabaran dan kekuatan
Memikul berat beban nestapa
Serasa tiada hingganya.
(1965)
Sumber: Tirani dan Benteng (1993).