Sajak menyuarakan puncak derita
yang pernah ditanggung manusia.
Injak, robek atau bakarlah
sajak, jerit sakit masih menyayat
malam sunyi.
Seperti berabad lalu anak Tuhan
sebelum ajalnya di salib berteriak:
"Allah, Allah, mengapa daku
kau telantarkan!" keluh itu
terus berkumandang sampai kini.
Kalau aku mampus, tangisku
yang menyeruak dari hati akan
terdengar abadi dalam sajakku
yang tak pernah mati.
Sumber: Simfoni Dua (1986).
yang pernah ditanggung manusia.
Injak, robek atau bakarlah
sajak, jerit sakit masih menyayat
malam sunyi.
Seperti berabad lalu anak Tuhan
sebelum ajalnya di salib berteriak:
"Allah, Allah, mengapa daku
kau telantarkan!" keluh itu
terus berkumandang sampai kini.
Kalau aku mampus, tangisku
yang menyeruak dari hati akan
terdengar abadi dalam sajakku
yang tak pernah mati.
Sumber: Simfoni Dua (1986).