buat Pak Sakir
berita itu datang
bagai sahabat setia
singgah lembah lewat hutan
desa, ingar-bingar jalan kota
ke sela-sela deru mesin sini
sahabat setia itu tenang berkata:
seorang kawan kita, milik rakyat
ditangkap gelap orang kalap
dalam dada ada nyala membakar
keadilan, berkatalah!
tapi dari sini orang belajar
bagi rakyat dia mutiara, bagi mereka sampah
memang, yang tak bisa mereka duga
di semua segi kehidupan kawan-kawan kerja giat
dada mereka membara, ketekunan perhatian
berdenyut dalam satu jantung: bebaskan milik rakyat
pernahkah dengar hasrat naif burjuasi
lari kepada kepingin jadi kanak-kanak kembali?
humanisme? omongkosong! hanya menipu diri
sebab keruntuhan yang tak terelakkan lagi
memang, yang tak bisa mereka duga
kita senang karena dewasa
1926 -- 1948 -- 1951 bukan cuma angka kenangan
belajar dari cinta rakyat yang tak terbungkamkan
memang, yang tak bisa mereka duga
bahwa mereka salah kira
yang tak bisa mereka duga
bumerang menerpa muka
seorang kawan datang, sepotong berita datang
dan betapapun naluri kita demikian terasah tajam
"apakabar? bagaimana situasi?" hanya diucapkan oleh mata
keharuan ini tiba di muara: partai telah diselamatkan
(Asamlama, 19 Juli 1950)
Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959).
berita itu datang
bagai sahabat setia
singgah lembah lewat hutan
desa, ingar-bingar jalan kota
ke sela-sela deru mesin sini
sahabat setia itu tenang berkata:
seorang kawan kita, milik rakyat
ditangkap gelap orang kalap
dalam dada ada nyala membakar
keadilan, berkatalah!
tapi dari sini orang belajar
bagi rakyat dia mutiara, bagi mereka sampah
memang, yang tak bisa mereka duga
di semua segi kehidupan kawan-kawan kerja giat
dada mereka membara, ketekunan perhatian
berdenyut dalam satu jantung: bebaskan milik rakyat
pernahkah dengar hasrat naif burjuasi
lari kepada kepingin jadi kanak-kanak kembali?
humanisme? omongkosong! hanya menipu diri
sebab keruntuhan yang tak terelakkan lagi
memang, yang tak bisa mereka duga
kita senang karena dewasa
1926 -- 1948 -- 1951 bukan cuma angka kenangan
belajar dari cinta rakyat yang tak terbungkamkan
memang, yang tak bisa mereka duga
bahwa mereka salah kira
yang tak bisa mereka duga
bumerang menerpa muka
seorang kawan datang, sepotong berita datang
dan betapapun naluri kita demikian terasah tajam
"apakabar? bagaimana situasi?" hanya diucapkan oleh mata
keharuan ini tiba di muara: partai telah diselamatkan
(Asamlama, 19 Juli 1950)
Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959).