Di sebuah desa kecil bernama Sukajaya, hiduplah seorang anak bernama Dika. Ia sangat suka
bermain di hutan kecil di pinggir desa. Di sana, ada satu pohon tua yang batangnya besar dan
daunnya rindang. Dika sering duduk di bawah pohon itu untuk membaca buku atau sekadar
menikmati angin sepoi-sepoi.
Suatu hari, saat Dika sedang beristirahat, ia mendengar suara pelan seperti bisikan.
“Dika... Dika...”
Dika terkejut dan melihat sekeliling. Tidak ada siapa-siapa. Namun, suara itu terdengar lagi.
“Dika, tolong aku...”
Dengan hati-hati, Dika mendekatkan telinganya ke batang pohon.
“Siapa yang berbicara?”
tanyanya.
“Aku adalah Pohon Berbisik,” jawab suara itu lembut.
“Aku sudah tua dan lelah, tapi aku
punya sebuah rahasia.”
Dika semakin penasaran. “Rahasia apa?”
“Di balik akar besar ini, ada peti kecil yang telah terkubur lama. Itu adalah warisan dari
kakek buyutmu.”
Dika segera menggali dengan hati-hati menggunakan tangannya. Tak lama kemudian, ia
menemukan sebuah peti kayu kecil yang tertutup debu. Dengan jantung berdebar, ia
membukanya. Di dalamnya, terdapat sebuah buku tua dan secarik kertas.
“Ini milik kakek buyutku?” Dika bertanya dengan takjub.
“Benar, buku itu berisi cerita-cerita bijak dan rahasia kebun yang dulu membuat desamu
subur dan indah,” kata Pohon Berbisik “gunakanlah dengan baik.”
Dika membaca isi buku itu dengan penuh semangat. Ia menemukan banyak cara merawat
tanaman dan menjaga alam agar tetap hijau. Sejak saat itu, Dika mulai mengajak teman-
temannya untuk menanam pohon dan menjaga kebersihan desa.
Lama-kelamaan, desa Sukajaya menjadi lebih hijau dan sejuk. Pohon-pohon tumbuh subur,
burung-burung kembali bernyanyi, dan sungai menjadi jernih kembali.
Dika pun tersenyum sambil menatap Pohon Berbisik.
“Terima kasih telah membagikan
rahasiamu. Aku berjanji akan menjaga desa ini dengan baik.”
Sejak hari itu, suara Pohon Berbisik tak pernah terdengar lagi. Namun, Dika tahu bahwa
pesan dan rahasianya akan selalu hidup dalam hatinya.
_____
Sumber: Cerpen kiriman Putri Octavia melalui email 5 Maret 2025.