Puisi Bima Karya Subagio Sastrowardoyo

Di dalam perjalanannya
dilihatnya tiada yang kekal
pada bahasa yang tinggal mati
Hutan jati hilang kumandangnya
dan sudut kota habis diperkata
juga langit telah hangus terbakar
di nyala matahari
Maka diputuskannya
untuk meninggalkan tanah kapur
dan tidur dengan naga
(yang tak jadi dibunuhnya)
di samudera angan-angan.

Di sana ia bisa bertatapan dengan sunyi
- makhluk kecil itu
berhuni di lubuk hati

Matanya cerah seperti punya bocah
yang hidup abadi.


Sumber: Keroncong Motinggo (1975).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama