Puisi Plakat Karya Agam Wispi

buat ulangtahun Partai

demokrasi pun bukanlah bagi mereka
yang menjual rakyat kepada belanda

demokrasi pun bukanlah bagi mereka
yang menjual diri bagi musuh sedunia

sungguh, demokrasi
bukan nilai jualbeli

badut-badut, berapa lama sandiwara kobong kalian mainkan?
bagimu layar sudah diturunkan, bagimu hari sudah kelam

dialah yang membuka pintu abad baru
partai, di mana penyair menjadi rindu

seorang egom mati di tiang-gantungan belanda
baginya partai hilang satu datang berjuta

partai, diri kita yang gemuruh bagai gelombang
dan takkan pernah diam
partai, tanah hitam panen petani
dan buruh mengecap nikmat hari

partai, di mana rakyat menemukan dirinya
untuk pembebasan kerja, pembebasan manusia

dialah yang mendatang dengan salamnya: selamat pagi
dan di hati rakyat ada plakat: bukan lagak tapi demokrasi

ada peristiwa irian tanah-buangan
akan datang waktunya irian kampung-halaman

ada hatta mabok dolar dan cabut pedang
tapi sejarah berkata: rakyatlah pahlawan

ada cikini: atas nama tuhan membunuh anak-anak kesayangan
tapi ada si tujuh: komunis rubuh dengan senyum kemerdekaan

partai, dia menjenguk ke dalam hatimu dan bertanya
siapa kau, siapa dirimu, siapa aku, siapa kita?

buruh atau pegawai, ah, betapa manis pun nama
lihatlah ke dalam diri: hari ini penjual tenaga

petani atau prajurit: betapa tinggi pun pangkat
lihatlah ke dalam diri: ibu kandung dan anak rakyat

seniman atau sarjana: betapa hebat pun karya
jika karya adalah kerja, hanya kau sendirikah di dunia?

sahabat-sahabat, biar bukan anggota
tak bisa menolak cintanya

tahulah dengan dada lapang tangan diulurkan
mari tegak berdampingan melawan penjajahan

kawan-kawan, kaulah yang tak terelakkan
kurang tidur kurang makan

di dada kalian hidup betapa keras betapa indah betapa mesra
bersama kalian cinta rakyat selalu menyala

musuh-musuh rakyat, gerak dan kebangkitan ini tak kenal ampun
bagi umur kalian detik sudah dihitung, sudah dihitung

tahun-tahun berlalu hari jadi baru dan kita makin tua
namun partai muda selalu, matang, kuat dan makin dicinta

dialah yang menutup pintu abad lama
di mana penyair rindu rakyatnya

dialah yang membuka pintu abad baru
baginya manusia dan kerja adalah lagu

di laut lepas bertemu bumi dan langit
di dunia bebas sarjana rindukan planit

tahun-tahun berlalu, hari cemerlang ini jatuh di halaman
aih, di tanah seorang anak menggambar roket ke bulan

(Pintubesar, 22 Mei 1950)



Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama