buat ulangtahun Partai
demokrasi pun bukanlah bagi mereka
yang menjual rakyat kepada belanda
demokrasi pun bukanlah bagi mereka
yang menjual diri bagi musuh sedunia
sungguh, demokrasi
bukan nilai jualbeli
badut-badut, berapa lama sandiwara kobong kalian mainkan?
bagimu layar sudah diturunkan, bagimu hari sudah kelam
dialah yang membuka pintu abad baru
partai, di mana penyair menjadi rindu
seorang egom mati di tiang-gantungan belanda
baginya partai hilang satu datang berjuta
partai, diri kita yang gemuruh bagai gelombang
dan takkan pernah diam
partai, tanah hitam panen petani
dan buruh mengecap nikmat hari
partai, di mana rakyat menemukan dirinya
untuk pembebasan kerja, pembebasan manusia
dialah yang mendatang dengan salamnya: selamat pagi
dan di hati rakyat ada plakat: bukan lagak tapi demokrasi
ada peristiwa irian tanah-buangan
akan datang waktunya irian kampung-halaman
ada hatta mabok dolar dan cabut pedang
tapi sejarah berkata: rakyatlah pahlawan
ada cikini: atas nama tuhan membunuh anak-anak kesayangan
tapi ada si tujuh: komunis rubuh dengan senyum kemerdekaan
partai, dia menjenguk ke dalam hatimu dan bertanya
siapa kau, siapa dirimu, siapa aku, siapa kita?
buruh atau pegawai, ah, betapa manis pun nama
lihatlah ke dalam diri: hari ini penjual tenaga
petani atau prajurit: betapa tinggi pun pangkat
lihatlah ke dalam diri: ibu kandung dan anak rakyat
seniman atau sarjana: betapa hebat pun karya
jika karya adalah kerja, hanya kau sendirikah di dunia?
sahabat-sahabat, biar bukan anggota
tak bisa menolak cintanya
tahulah dengan dada lapang tangan diulurkan
mari tegak berdampingan melawan penjajahan
kawan-kawan, kaulah yang tak terelakkan
kurang tidur kurang makan
di dada kalian hidup betapa keras betapa indah betapa mesra
bersama kalian cinta rakyat selalu menyala
musuh-musuh rakyat, gerak dan kebangkitan ini tak kenal ampun
bagi umur kalian detik sudah dihitung, sudah dihitung
tahun-tahun berlalu hari jadi baru dan kita makin tua
namun partai muda selalu, matang, kuat dan makin dicinta
dialah yang menutup pintu abad lama
di mana penyair rindu rakyatnya
dialah yang membuka pintu abad baru
baginya manusia dan kerja adalah lagu
di laut lepas bertemu bumi dan langit
di dunia bebas sarjana rindukan planit
tahun-tahun berlalu, hari cemerlang ini jatuh di halaman
aih, di tanah seorang anak menggambar roket ke bulan
(Pintubesar, 22 Mei 1950)
Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959).
demokrasi pun bukanlah bagi mereka
yang menjual rakyat kepada belanda
demokrasi pun bukanlah bagi mereka
yang menjual diri bagi musuh sedunia
sungguh, demokrasi
bukan nilai jualbeli
badut-badut, berapa lama sandiwara kobong kalian mainkan?
bagimu layar sudah diturunkan, bagimu hari sudah kelam
dialah yang membuka pintu abad baru
partai, di mana penyair menjadi rindu
seorang egom mati di tiang-gantungan belanda
baginya partai hilang satu datang berjuta
partai, diri kita yang gemuruh bagai gelombang
dan takkan pernah diam
partai, tanah hitam panen petani
dan buruh mengecap nikmat hari
partai, di mana rakyat menemukan dirinya
untuk pembebasan kerja, pembebasan manusia
dialah yang mendatang dengan salamnya: selamat pagi
dan di hati rakyat ada plakat: bukan lagak tapi demokrasi
ada peristiwa irian tanah-buangan
akan datang waktunya irian kampung-halaman
ada hatta mabok dolar dan cabut pedang
tapi sejarah berkata: rakyatlah pahlawan
ada cikini: atas nama tuhan membunuh anak-anak kesayangan
tapi ada si tujuh: komunis rubuh dengan senyum kemerdekaan
partai, dia menjenguk ke dalam hatimu dan bertanya
siapa kau, siapa dirimu, siapa aku, siapa kita?
buruh atau pegawai, ah, betapa manis pun nama
lihatlah ke dalam diri: hari ini penjual tenaga
petani atau prajurit: betapa tinggi pun pangkat
lihatlah ke dalam diri: ibu kandung dan anak rakyat
seniman atau sarjana: betapa hebat pun karya
jika karya adalah kerja, hanya kau sendirikah di dunia?
sahabat-sahabat, biar bukan anggota
tak bisa menolak cintanya
tahulah dengan dada lapang tangan diulurkan
mari tegak berdampingan melawan penjajahan
kawan-kawan, kaulah yang tak terelakkan
kurang tidur kurang makan
di dada kalian hidup betapa keras betapa indah betapa mesra
bersama kalian cinta rakyat selalu menyala
musuh-musuh rakyat, gerak dan kebangkitan ini tak kenal ampun
bagi umur kalian detik sudah dihitung, sudah dihitung
tahun-tahun berlalu hari jadi baru dan kita makin tua
namun partai muda selalu, matang, kuat dan makin dicinta
dialah yang menutup pintu abad lama
di mana penyair rindu rakyatnya
dialah yang membuka pintu abad baru
baginya manusia dan kerja adalah lagu
di laut lepas bertemu bumi dan langit
di dunia bebas sarjana rindukan planit
tahun-tahun berlalu, hari cemerlang ini jatuh di halaman
aih, di tanah seorang anak menggambar roket ke bulan
(Pintubesar, 22 Mei 1950)
Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959).