Apakah wajar jika aku membencimu sebesar ini?
Apakah kekanak-kanakan jika untuk saat ini aku sama sekali tidak ingin melihat wajahmu ada di mana pun?
Tentu aku tidak membencimu tanpa alasan. Dan tentu kau juga pasti mengerti kenapa aku bisa membencimu seperti ini. Semenjak kau pergi, hampir dari semua teman-temanku bertanya kenapa aku jadi semurung ini, kenapa aku tidak ceria seperti dulu lagi?
Karena selain membawa fisikmu, kau juga pergi sambil membawa separuh kebahagiaanku. Kebahagiaan untuk tertawa di hal hal yang sederhana, kebahagiaan untuk tidak semelankolis ini ketika berpangku dagu di atas meja kelas yang sama.
Semenjak kau pergi, aku menjadi sosok yang takut untuk jatuh cinta lagi. Takut untuk membiarkan orang asing hidup dan menetap di dalam hati. Aku bahkan kerap menolak tanpa membiarkan mereka mendapatkan kesempatan terlebih dahulu.
Entahlah.
Kepergianmu terkadang benar-benar membuatku menjadi pribadi yang dibicarakan orang-orang dibelakang. Dan oleh sebab itu aku membencimu.
Kapan aku mampu jatuh cinta lagi?
Kapan aku mampu percaya lagi?
Kapan aku tak takut berharap lagi?
Karena kepergianmu kemarin memberikanku pelajaran bahwa seseorang yang aku cintai dengan begitu hebat, ternyata di akhir cerita mampu menjadi seseorang yang menyakitiku dengan begitu sangat.
— Terkadang kalau sudah cinta,
untuk benci setelah disakiti sebegitu rupa pun kerap tak bisa.
Sumber: "5 Puisi di Buku ‘The Book of Almost’ yang Bakal Buat Kamu Jadi Baper Keinget Masa Lalu!", https://medium.com/@gustiadistriani/5-puisi-di-buku-the-book-of-almost-yang-bakal-buat-kamu-jadi-baper-keinget-masa-lalu-bb6d6fc816e8.
Apakah kekanak-kanakan jika untuk saat ini aku sama sekali tidak ingin melihat wajahmu ada di mana pun?
Tentu aku tidak membencimu tanpa alasan. Dan tentu kau juga pasti mengerti kenapa aku bisa membencimu seperti ini. Semenjak kau pergi, hampir dari semua teman-temanku bertanya kenapa aku jadi semurung ini, kenapa aku tidak ceria seperti dulu lagi?
Karena selain membawa fisikmu, kau juga pergi sambil membawa separuh kebahagiaanku. Kebahagiaan untuk tertawa di hal hal yang sederhana, kebahagiaan untuk tidak semelankolis ini ketika berpangku dagu di atas meja kelas yang sama.
Semenjak kau pergi, aku menjadi sosok yang takut untuk jatuh cinta lagi. Takut untuk membiarkan orang asing hidup dan menetap di dalam hati. Aku bahkan kerap menolak tanpa membiarkan mereka mendapatkan kesempatan terlebih dahulu.
Entahlah.
Kepergianmu terkadang benar-benar membuatku menjadi pribadi yang dibicarakan orang-orang dibelakang. Dan oleh sebab itu aku membencimu.
Kapan aku mampu jatuh cinta lagi?
Kapan aku mampu percaya lagi?
Kapan aku tak takut berharap lagi?
Karena kepergianmu kemarin memberikanku pelajaran bahwa seseorang yang aku cintai dengan begitu hebat, ternyata di akhir cerita mampu menjadi seseorang yang menyakitiku dengan begitu sangat.
— Terkadang kalau sudah cinta,
untuk benci setelah disakiti sebegitu rupa pun kerap tak bisa.
Sumber: "5 Puisi di Buku ‘The Book of Almost’ yang Bakal Buat Kamu Jadi Baper Keinget Masa Lalu!", https://medium.com/@gustiadistriani/5-puisi-di-buku-the-book-of-almost-yang-bakal-buat-kamu-jadi-baper-keinget-masa-lalu-bb6d6fc816e8.