Kau. seorang penyair, baru sejurus bicara padaku
Pada pertemuan jarak jauh, mungkin tak berarti
Tapi mengapa justru, di saat ada bagian dunia tersedu
Ketika bayang terlantun pada mimpi demi mimpi
Layar kabut yang ungu pada kata-katamu
Tatkala pedang tiran mengilat dalam barisan
Dan seluruh penguasa menyeru
Nyanyi kaum puritan
Apa yang kau tuliskan, apa
Kita simpankah pena lalu baca sajak-sajak tua
Atau kita tulis puisi atas pesanan
Dalam bahasa yang disamun slogan demi slogan
Slogan-slogan peperangan dengan nyanyi keangkuhan
Dalam ancaman suara yang mendustai diri
Semboyan-semboyan penguasa atas nama pemerintahan
Adakah kekhianatan lebih dari ini
Karena keranda nestapa telah diusung ke luar pertempuran
Diiringi nyanyi duka bukitmu, pohon-pohon kastanye
Akhir para tiran dalam upacara bunuh diri
Seraya menuliskan nama mereka dalam naskah sejarah
Takami. Bahwa puisi telah memanggil kita dari pagi
Dalam suara-suara surgawi
Panggilan yang tak bisa didiamkan
Ke mana pun kita akan pergi.
(1963)
Sumber: Tirani dan Benteng (1993).
Pada pertemuan jarak jauh, mungkin tak berarti
Tapi mengapa justru, di saat ada bagian dunia tersedu
Ketika bayang terlantun pada mimpi demi mimpi
Layar kabut yang ungu pada kata-katamu
Tatkala pedang tiran mengilat dalam barisan
Dan seluruh penguasa menyeru
Nyanyi kaum puritan
Apa yang kau tuliskan, apa
Kita simpankah pena lalu baca sajak-sajak tua
Atau kita tulis puisi atas pesanan
Dalam bahasa yang disamun slogan demi slogan
Slogan-slogan peperangan dengan nyanyi keangkuhan
Dalam ancaman suara yang mendustai diri
Semboyan-semboyan penguasa atas nama pemerintahan
Adakah kekhianatan lebih dari ini
Karena keranda nestapa telah diusung ke luar pertempuran
Diiringi nyanyi duka bukitmu, pohon-pohon kastanye
Akhir para tiran dalam upacara bunuh diri
Seraya menuliskan nama mereka dalam naskah sejarah
Takami. Bahwa puisi telah memanggil kita dari pagi
Dalam suara-suara surgawi
Panggilan yang tak bisa didiamkan
Ke mana pun kita akan pergi.
(1963)
Sumber: Tirani dan Benteng (1993).