(berdasarkan kisah-kisah hewan dari Masnawi, karya Jalaluddin Rumi)
Tersebutlah kisah seorang saudagar
Yang akan berangkat ke tanah Hindustan
Dia berdiri di depan sebuah sangkar
Berisi seekor beo, burung peliharaan
Maka berkatalah saudagar itu
"Hai beo, aku akan pergi ke tanah Hindustan
Apakah untuk teman-temanmu di situ
Engkau akan menyampaikan amanat atau pesan?"
Maka menjawablah beo yang terkungkung di sangkar besi
"Sampaikan pada rakyat beo di tanah Hindustan
Bahwa makanku cukup, rumahku juga arsitektur masa kini
Tapi aku terkurung dan tak bisa terbang lagi."
Maka berangkatlah saudagar ke tanah Hindustan
Dan ketika bertemu kawanan burung beo bebas di taman
Dia sampaikan ucapan sang beo peliharaan
Persis seperti yang dia pesankan
Kawanan beo Hindustan mendengarkan dengan teliti
Penderitaan sejawatnya yang terkurung di sangkar besi
Tiba-tiba, seekor di antara mereka tersungkur lalu mati
Karena terkejut mendengar kabar dari Farsi
Luar biasa marah saudagar pada beonya
Yang mengakibatkan matinya beo Hindustan
Karena menyampaikan itu pesan
Begitu tiba di Farsi, beonya itu dia marahi
"Beo yang tidak tahu di untung!
Temanmu mati mendadak, mungkin kena serangan jantung!"
Beo yang dimarahi jadi lemas termenung-menung
Tiba-tiba dia jatuh tak bergerak, mukanya murung
Saudagar itu jadi sedih dan menyesal
Beo yang bijak sekarang sudah meninggal
Padahal sangkarnya diimpor dan harga beo itu mahal
Dipungutnya burung itu dan dilempar ke luar
Tiba-tiba sang beo mati hidup kembali
Dia memang cerdik dan terbanglah di udara menari-nari
"Tuan saudagar, saya berhasil melaksanakan
Isyarat dari sahabat saya beo Hindustan."
"Itu cerita yang tuan sampaikan pada saya tadi
Adalah instruksi saya mesti tiru teman yang pura-pura mati
Saya menggeletak tak berkutik, itu namanya taktik
Saya terbang dan menari, itu namanya strategi."
(1977)
Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000).
Tersebutlah kisah seorang saudagar
Yang akan berangkat ke tanah Hindustan
Dia berdiri di depan sebuah sangkar
Berisi seekor beo, burung peliharaan
Maka berkatalah saudagar itu
"Hai beo, aku akan pergi ke tanah Hindustan
Apakah untuk teman-temanmu di situ
Engkau akan menyampaikan amanat atau pesan?"
Maka menjawablah beo yang terkungkung di sangkar besi
"Sampaikan pada rakyat beo di tanah Hindustan
Bahwa makanku cukup, rumahku juga arsitektur masa kini
Tapi aku terkurung dan tak bisa terbang lagi."
Maka berangkatlah saudagar ke tanah Hindustan
Dan ketika bertemu kawanan burung beo bebas di taman
Dia sampaikan ucapan sang beo peliharaan
Persis seperti yang dia pesankan
Kawanan beo Hindustan mendengarkan dengan teliti
Penderitaan sejawatnya yang terkurung di sangkar besi
Tiba-tiba, seekor di antara mereka tersungkur lalu mati
Karena terkejut mendengar kabar dari Farsi
Luar biasa marah saudagar pada beonya
Yang mengakibatkan matinya beo Hindustan
Karena menyampaikan itu pesan
Begitu tiba di Farsi, beonya itu dia marahi
"Beo yang tidak tahu di untung!
Temanmu mati mendadak, mungkin kena serangan jantung!"
Beo yang dimarahi jadi lemas termenung-menung
Tiba-tiba dia jatuh tak bergerak, mukanya murung
Saudagar itu jadi sedih dan menyesal
Beo yang bijak sekarang sudah meninggal
Padahal sangkarnya diimpor dan harga beo itu mahal
Dipungutnya burung itu dan dilempar ke luar
Tiba-tiba sang beo mati hidup kembali
Dia memang cerdik dan terbanglah di udara menari-nari
"Tuan saudagar, saya berhasil melaksanakan
Isyarat dari sahabat saya beo Hindustan."
"Itu cerita yang tuan sampaikan pada saya tadi
Adalah instruksi saya mesti tiru teman yang pura-pura mati
Saya menggeletak tak berkutik, itu namanya taktik
Saya terbang dan menari, itu namanya strategi."
(1977)
Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000).